Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Menko Airlangga Ungkap RI Punya Daya Tarik Investasi yang Kuat, Ini Alasannya
Advertisement . Scroll to see content

Kunci Utama Cegah Gelombang Ketiga Covid-19: Akselerasi Vaksinasi dan Prokes Ketat

Selasa, 26 Oktober 2021 - 08:09:00 WIB
Kunci Utama Cegah Gelombang Ketiga Covid-19: Akselerasi Vaksinasi dan Prokes Ketat
Menko Airlangga sebut kunci utama cegah gelombang ketiga Covid-19 adalah akselerasi vaksinasi dan prokes ketat. Foto: Kemenko Perekonomian
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, perkembangan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia secara umum sudah jauh membaik pada minggu ini jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Akselarasi vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan yang ketat akan menjadi kunci utama mencegah gelombang lonjakan kasus berikutnya. 

Adapun kasus aktif secara nasional per 25 Oktober tercatat sebesar 13.554 kasus atau 0,3 persen dari total kasus, sudah turun 97,6 persen dari puncak kasus di 24 Juli 2021, jauh di bawah rata-rata global yang sebesar 7,4 persen. 

Kasus Konfirmasi Harian rata-rata 7 hari (7DMA) adalah 752 kasus, dengan tren yang terus menurun, dan pada 25 Oktober 2021 Kasus Harian sebanyak 460 kasus, atau sudah turun 99,1 persen dari puncaknya di 15 Juli 2021 yang sebesar 56.757 kasus per hari. Jumlah rata-rata orang yang diperiksa dalam 7 hari (7DMA) pun relatif stabil di kisaran 160-170 ribu orang.

Jika dilihat dari setiap wilayah pulau di Indonesia, terutama di Luar Jawa-Bali, jumlah kasus yang sembuh (RR), kasus kematian (CFR), dan penurunan jumlah total kasus aktif dibandingkan pada masa awal penerapan PPKM berdasarkan level, adalah:

- Sumatera: RR = 95,93 persen dan CFR = 3,57 persen, dengan penurunan (jumlah total kasus aktif) -95,64 persen
- Nusa Tenggara: RR = 97,20 persen dan CFR = 2,34 persen dengan penurunan -96,74 persen
- Kalimantan: RR = 96,32 persen dan CFR = 3,17 persen dengan penurunan -96,28 persen
- Sulawesi: RR = 96,87 persen dan CFR = 2,63 persen dengan penurunan -96,50 persen
- Maluku dan Papua: RR = 95,93 persen dan CFR = 1,76 persen dengan penurunan -89,65 persen

Sementara, tingkat RR nasional adalah 96,28 persen (lebih baik dari RR Global sebesar 90,60 persen), CFR nasional adalah 3,38 persen (masih lebih tingg dari CFR Global sebesar 2,03 persen), dan jumlah total penurunan kasus aktif nasional sebesar -96,80 persen.

Beranjak ke Level Asesmen, per 23 Oktober Level Asesmen dari 27 provinsi di Luar Jawa-Bali tercatat tidak ada provinsi di Level 4, ada 1 provinsi Level 3, yakni Kalimantan Utara, 23 provinsi di Level 2, serta 3 Provinsi di Level 1 yaitu Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau. Sedangkan, untuk tingkat Kabupaten/Kota di Luar Jawa-Bali, terlihat bahwa jumlah Kabupaten/Kota Level 1 meningkat menjadi 100 Kabupaten/Kota.

“Tren jumlah Kabupaten/Kota Level 4 dan Level 3 terus menurun, meskipun pada minggu ini terdapat 2 Kabupaten/Kota yang masih ada di Level 4 yaitu Kab. Bulungan (Kalimantan Utara) dan Kabupaten Tambraw (Papua Barat), yang disebabkan oleh kenaikan jumlah kematian pada beberapa hari ini, dan tracing yang masih terbatas serta capaian vaksinasi Dosis-1 yang perlu dinaikkan, khususnya  Tambraw yang tercatat masih 8 persen, sedangkan Bulungan sudah cukup bagus yaitu 59 persen,” tutur Airlangga dalam keterangannya, dikutip, Selasa (26/10/2021).

Jadi, Level Asesmen dari Kabupaten/Kota di luar Jawa Bali yaitu sebanyak 2 Kabupaten/Kota Level 4, 11 Kabupaten/Kota Level 3, 273 Kabupaten/Kota di Level 2, dan 100 Kabupaten/Kota di Level 1.

Menyoal capaian Vaksinasi dosis-1 untuk Luar Jawa-Bali, tercatat baru 5 provinsi yang capaiannya di atas nasional yakni Kep. Riau, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Sementara, 22 Provinsi lainnya masih berada di bawah nasional dan perlu diakselerasi, dan untuk capaian vaksinasi dosis-1 secara nasional sendiri tercatat 54,35 persen.

Untuk capaian vaksinasi dosis-2 di luar Jawa-Bali, baru 4 provinsi yang capaiannya di atas nasional yaitu Kep. Riau, Kep. Bangka Belitung, Kalimantan Timur, dan Jambi. Sedangkan, 23 Provinsi lainnya masih berada di bawah capaian nasional yang sebesar 32,67 persen.

“Arahan dari Bapak Presiden, capaian vaksinasi harus terus diakselerasi, dan beliau memberi catatan khusus untuk Aceh, Papua, Sumatera Barat, Sulawesi Barat karena mereka adalah (beberapa provinsi) yang cukup rendah capaiannya yaitu di kisaran 24-33 persen,” tutur Airlangga.

Pencapaian vaksinasi di suatu daerah juga juga menjadi prasyarat dan ukuran kesiapan daerah dalammenyelenggarakan sebuah event besar yang melibatkan banyak orang. Salah satu contohnya adalah event World Superbike (WSBK) yang akan diadakan di Mandalika, Kab. Lombok Tengah, pada 19-21 November 2021 mendatang.

Jika dilihat dari Level Asesmen Situasi Pandemi 5 Kabupaten/Kota di Lombok, terdapat 4 Kabupaten/Kota yang berada di Level 1 yaitu Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Barat, serta 1 Kabupaten/Kota ada di Level 2 yaitu Lombok Tengah.

“Di sini, Lombok Tengah termasuk di Level 2 karena kapasitas respon yang masih sedang, sehingga perlu ditingkatkan kapasitas 3T khususnya tracing. Sedangkan capaian vaksinasi dosis-1 sebesar 68,69 persen dan dosis-2 sebesar 21,55 persen. Padahal target capaian vaksinasi saat penyelenggaraan WSBK adalah 70 persen dosis-1 di 5 Kabupaten/Kota di Pulau Lombok,” ungkap Airlangga.

Kegiatan PON yang sudah selesai dan ditutup pada 15 Oktober lalu, setelah 10 hari dilakukan pengawasan pasca penutupan, sampai saat ini tidak memperlihatkan adanya lonjakan kasus, baik di Kabupaten/Kota penyelenggara PON maupun di daerah masing-masing peserta. 

“Namun, kita akan tetap mengevaluasi, terutama sampai hari ke-14 nanti. Kalau hasilnya bagus, hal ini akan menjadi referensi bagi penyelenggaraan acara-acara atau event besar lainnya ke depan,” ujar Airlangga.

Update Program PEN

Realisasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga 22 Oktober 2021 mencapai Rp433,91 triliun atau 58,3 persen dari pagu Rp744,77 triliun. Jika dilihat per klaster, maka realisasinya:

- Realisasi Klaster Kesehatan sebesar Rp116,82 triliun (54,3 persen);
- Realisasi Klaster Perlinsos sebesar Rp125,10 triliun (67 persen);
- Realisasi Klaster Program Prioritas sebesar Rp68,07 triliun (57,7 persen);
- Realisasi Klaster Dukungan UMKM dan Korporasi sebesar Rp63,20 triliun (38,9 persen);
- Realisasi Klaster Insentif Usaha sebesar Rp60,73 triliun (96,7 persen).

Realisasi Klaster Kesehatan yang sebesar Rp116,82 triliun yang utama adalah untuk Diagnostik (Testing dan Tracing) realisasi sebesar 66,7 persen atau Rp3,01 triliun, Therapeutic (Insentif dan Santunan Nakes) sebesar Rp14,07 triliun atau 74,3 persen dari pagu Rp18,94 triliun, dan vaksinasi (Pengadaan dan Pelaksanaan) sebesar 42,1 persen atau Rp24,31 triliun.

Sedangkan, realisasi dari klaster Perlinsos yang sebesar Rp125,10 triliun antara lain digunakan untuk Program Keluarga Harapan (PKH) sebesar 73,4 persen atau Rp20,79 triliun dari pagu Rp28,31 triliun, Kartu Sembako sebesar 60,7 persen atau Rp30,27 triliun dari pagu Rp49,89 triliun, BLT Desa sebesar 60,6 persen atau Rp17,45 triliun dari pagu Rp28,80 triliun; dan Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebesar 75,60 persen atau Rp6,65 triliun dari pagu Rp8,80 triliun.

Pada Ratas tersebut, Presiden juga terus mengingatkan agar masyarakat jangan euforia dengan penurunan kasus yang secara konsisten terus terjadi, tetapi tetap perlu terus menjaga penerapan prokes pada setiap mobilitas dan aktivitas masyarakat. 

Percepatan vaksinasi dan penerapan prokes secara ketat menjadi kunci dalam menjaga dan mencegah terjadinya gelombang berikutnya atau lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia. Perlu kewaspadaan dan kecepatan bertindak dalam mengantisipasi berbagai potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Kesehatan mengingatkan kejadian di Inggris saat ini yang mengalami lonjakan kasus sangat tinggi, meskipun mempunyai cakupan vaksinasi tinggi (fully vaccinated sebesar 67 persen). 

Peningkatan kasus di Inggris disebabkan oleh Varian Delta dengan SubVariannya yaitu AY.4.2 yang diduga menjadi penyebab utama meningkatnya kasus di Inggris. Sub Varian AY.4.2 merupakan salah satu Sub Varian Delta yang dominan di dunia, namun sampai saat ini masih belum ditemukan di Indonesia.

Turut hadir dalam Konferensi Pers tersebut yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Editor: Jujuk Ernawati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut