Bakteri Pemakan Daging Juga Ditemukan di AS, Gejalanya Muntah hingga Sesak Napas
JAKARTA, iNews.id - Bakteri pemakan daging yang mematikan tengah meningkat di Jepang. Kini, bakteri tersebut juga ditemukan di Amerika Serikat (AS).
Artinya, penyakit ini sudah lintas negara dan diperlukan kewaspadaan bagi kita bersama. Kasus bakteri pemakan daging di Amerika Serikat ini dilaporkan di jurnal Cureus. Pasiennya berjenis kelamin perempuan asal Connecticut. Kondisi pasien sangat kritis.
Pemeriksaan medis menunjukkan pasien tersebut mengalami beberapa gejala yang khas, yaitu muntah, sesak napas, diare, peningkatan detak jantung, dan tekanan darah rendah. Laporan medisnya menunjukkan terjadi penumpukkan cairan di paru-paru serta gagal napas dan gagal ginjal.
"Dokter beranggapan kalau pasien wanita ini terinfeksi sindrom syok toksik streptokokus (STSS) yang saat ini mewabah di Jepang," kata laporan New York Post, dikutip Selasa (25/6/2024).
Secara umum, penyakit STSS ini awalnya mirip flu dengan gejala seperti mual, muntah, demam, menggigil, dan nyeri otot. Tapi, akan menjadi khas ketika pasien mengalami tekanan darah rendah, detak jantung meningkat, serta adanya kegagalan organ tubuh.
Bakteri pemakan daging bisa masuk ke tubuh seseorang melalui salah satunya luka terbuka. Lewat luka itu, bakteri memungkinkan masuk ke jaringan tubuh yang lebih dalam, termasuk aliran darah.
Nah, di kasus STSS pada perempuan AS, dokter percaya kalau dia tertular STSS karena menghirup tetesan udara yang terkontaminasi bakteri penyebab STSS. Hal ini dikarenakan gejala radang tenggorokan yang dikeluhkannya sebelum dirawat di rumah sakit.
Ya, pasien perempuan dengan komorbid asma itu mengeluhkan radang tenggorokan, selain gejala lain yang telah disebutkan di atas. Radang tenggorokan ini juga menjadi ciri khas STSS. Anggota keluarga pasien pun dilaporkan telah didiagnosis radang tenggorokan juga. Pengawasan intens dilakukan pada mereka yang masuk dalam kelompok terdekat pasien.
Kasus STSS pada perempuan AS juga dilaporkan bakteri telah menyerang jaringan sehat, lalu mengikis daging, yang mengharuskan pasien menjalani amputasi. "Pasien perempuan ini telah menyelesaikan pengobatan antibiotik dan rehabilitasi rawat inapnya, tapi dia memerlukan amputasi pada jari kaki, karena kondisinya sudah sangat parah," tulis laporan tersebut.
Editor: Vien Dimyati