Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular, IDI Lakukan Hal Ini untuk Skrining Kesehatan Masyarakat
JAKARTA, iNews.id – Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap ada 41 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular yang juga mematikan itu antara lain diabetes, jantung, stroke dan kanker.
Di Indonesia sendiri, jumlah penderita penyakit diabetes mellitus, jantung, kanker, dan penyakit paru kronis masuk dalam 5 besar penyebab kematian. Jumlah kasus ini terus meningkat seiring dengan meningkatnya faktor risiko seperti tingginya asupan gula, garam, dan lemak serta rendahnya aktivitas fisik. Bahkan dampak dari penyakit ini, BPJS Kesehatan telah menghabiskan anggaran senilai Rp17,5 triliun pada 2020.
Melihat fakta tersebut sekaligus dalam rangka Hari Bakti Dokter Indonesia, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Aplikasi Doctor to Doctor (D2D) berkolaborasi membantu pemerintah melakukan deteksi dini melalui program Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular.
Rangkaian Program Skrining Nasional Penyakit Tidak Menular berlangsung sejak November 2022 hingga Mei 2023. Sedikitnya ada 5.000 dokter anggota PB IDI di seluruh Indonesia yang terlibat, dan dilakukan secara digital menggunakan aplikasi Doctor to Doctor (D2D) di setiap layanan kesehatan, sebagai bagian dari Hari Bakti Dokter Indonesia ke 115.
Pelaksanaan skrining rencana dimulai pada Januari hingga Mei 2023. Adapun masyarakat yang ditargetkan melakukan deteksi dini penyakit tidak menular sebanyak 115.000 orang. Head of Doctor Pillar PT Global Urban Esensial (GUE), Mohamad Salahuddin mengatakan program skrining adalah bagian dari komitmen D2D dalam rangka memberikan layanan terbaik di dunia kesehatan, khususnya kepada para dokter, masyarakat umum, dan seluruh stakeholder kesehatan.

“Melalui kolaborasi dengan anggota IDI, D2D diharapkan dapat memberi kemudahan untuk para dokter di Indonesia dalam melakukan pendataan hasil skrining nasional penyakit tidak menular. Tujuan kami adalah semakin banyak masyarakat terhindar dari berbagai faktor risiko penyakit atau melakukan pengobatan lebih awal. Dengan program ini semoga membantu penurunan prevalensi PTM di Indonesia,” kata Mohamad Salahuddin, Selasa (15/11/2022).