Heboh Pakai Bedak Bayi Mengandung Talc Bisa Bikin Kanker, BPOM Ungkap Fakta Ini!
 
                 
                JAKARTA, iNews.id - Bedak bayi tabur mengandung talc belakangan ini sempat membuat heboh. Sebab, bedak tersebut diduga dapat berisiko kanker.
Bahkan, Badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat mengklasifikasikan talc kemungkinan bersifat karsinogenik bagi manusia. Beberapa waktu lalu, bedak bayi Johnson & Johnson terbukti menjadi salah satu penyebab kanker ovarium.
 
                                Hal ini diketahui setelah adanya penelitian yang menyatakan bedak tersebut tercampur oleh zat berbahaya. Lantas, bagaimana dengan keamanan produk bedak tabur bayi mengandung ‘talc’ yang beredar di pasaran Indonesia?
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) lantas memberikan klarifikasi singkat. Mereka memastikan, sejauh ini, produk bedak tabur bayi yang beredar di Indonesia telah memenuhi persyaratan, keamanan dan mutu.
 
                                        Masyarakat diimbau agar tidak perlu khawatir dengan risiko keamanan pemakaian. “Sejauh ini produk yang di Indonesia memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu,” ujar Koordinator Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Eka Rosmalasari, saat dihubungi.
Sebagai informasi, sebelumnya, pada 2023 lalu sempat heboh bayi Johnson & Johnson terbukti menjadi salah satu penyebab kanker ovarium. Hal ini diketahui setelah adanya penelitian yang menyatakan bedak tersebut tercampur oleh zat berbahaya.
 
                                        Ahli Onkologi Prof Zubairi Djoerban memberikan informasi, pemakaian bedak bayi Johnson & Johnson itu bisa picu kanker ovarium. Hal itu karena bedak terkontaminasi asbes.
Pakar Kanker dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) itu mengatakan, berdasarkan American Cancer Society, bedak talk bisa menyebabkan kanker jika partikel bedak melewati Miss V, rahim, dan saluran tuba ke ovarium.
Meski begitu, terdapat keberagaman temuan penelitian soal kemungkinan hubungan antara bedak dan kanker ovarium. Ya, beberapa penelitian melaporkan sedikit peningkatan risiko, bahkan beberapa penelitian pelaporan tidak ada peningkatan.
Sementara itu, beberapa penelitian juga 'suggested' kemungkinan meningkatnya risiko kanker ovarium, tapi pada kelompok tertentu. Misal, perempuan yang masih memiliki saluran reproduksi utuh atau jenis kanker ovarium tertentu.
Editor: Vien Dimyati