Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Ingatkan Bahaya Rokok, Yayasan Kanker Indonesia: Jangan Percaya Opini! 
Advertisement . Scroll to see content

Kajian Ilmiah Ungkap Cara Hentikan Kebiasaan Merokok dan Cegah Penyakit Degeneratif 

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 13:32:00 WIB
Kajian Ilmiah Ungkap Cara Hentikan Kebiasaan Merokok dan Cegah Penyakit Degeneratif 
Cara menghentikan kebiasaan merokok (Foto: WebMD)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Sudah menjadi hal umum jika asap rokok menjadi salah satu penyebab masalah kesehatan. Salah satunya dapat mengakibatkan penyakit degeneratif seperti kanker, paru-paru, jantung, dan lainnya.

Untuk menghentikan kebiasaan merokok dan mencegah penyakit degeneratif dibutuhkan berbagai macam strategi. Lantas, apa saja? 

Sejumlah ahli menyatakan pengurangan risiko tembakau (tobacco harm reduction) dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung penanggulangan masalah rokok, baik di Indonesia maupun secara global. Upaya ini menjadi langkah penting untuk diterapkan.

Profesor Tikki Pangestu, Mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kerja Sama Badan Kesehatan Dunia (WHO), menjelaskan, konsep pengurangan risiko tembakau dapat menjadi solusi untuk menurunkan prevalensi merokok di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah. “Ada potensi bagi konsep tersebut untuk menjadi solusi,” kata Tikki melalui keterangan dikutip Sabtu (21/8/2021). 

Namun, hasil penelitian ilmiah ini mengalami kendala untuk dapat diterapkan sebagai upaya pengurangan bahaya tembakau di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah. Padahal, jumlah perokok di negara-negara tersebut sangat tinggi.

“Diperlukan dialog objektif yang lebih terbuka berdasarkan bukti ilmiah,” kata Tikki. 

Di kesempatan terpisah, saat kegiatan Global Forum on Nicotine (GFN) diselenggarakan secara daring beberapa waktu lalu, tantangan terhadap penerapan konsep pengurangan risiko tembakau juga menjadi sorotan. 

Profesor di Departemen Kedokteran Komunitas dan Koordinator Penelitian di Tagore Medical College and Hospital Chennai, Sree Sucharita menjelaskan, resistensi terhadap konsep tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masalah prevalensi perokok tidak kunjung terselesaikan.

Sree Sucharita mengungkapkan, jumlah perokok di India saat ini sudah mencapai 300 juta. Penghalang untuk menerapkan konsep pengurangan risiko tembakau adalah kurangnya kemauan politik. Selain itu, masih sedikitnya informasi akurat yang diperoleh praktisi kesehatan mengenai konsep ini.

“Akibat kurangnya informasi tersebut, kami kehilangan peluang untuk mengedukasi para perokok mengenai pilihan yang tersedia bagi mereka untuk berhenti merokok,” ujarnya. 

Padahal, potensi yang bisa dimanfaatkan dari produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik, dan snus, dapat membantu perokok dewasa yang tidak dapat berhenti merokok untuk beralih ke produk yang lebih rendah risiko.

Berdasarkan sejumlah kajian ilmiah, baik di dalam dan luar negeri, produk tembakau alternatif memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok hingga 90% - 95%. Melalui fakta tersebut, sejumlah negara maju, seperti Inggris, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Kanada mendukung penggunaan produk tembakau alternatif untuk menekan jumlah perokoknya. 

Senada dengan Profesor Tikki Pangestu, Peneliti dari Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Amaliya menilai, penerapan konsep pengurangan risiko tembakau dapat membantu mengatasi masalah rokok. “Dalam menanggulangi epidemi rokok ini ternyata tidak bisa hanya dengan dua opsi saja, berhenti atau mati. Untuk menanggulangi adiksi ini, sangat sulit untuk bisa langsung menghapuskan keperluan nikotinnya sampai nol,” kata dia.

Saat ini, masih banyak informasi yang tidak akurat beredar di masyarakat mengenai produk tembakau alternatif. Oleh karena itu, kajian ilmiah memiliki peran penting untuk meluruskan hal tersebut. Kajian ilmiah lokal masih perlu digiatkan dan butuh dukungan dari pemerintah, bahkan lembaga-lembaga pemerintah juga diminta melakukan kajian independen mengenai produk tembakau alternatif. 

“Kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif masih sangat terbatas di Indonesia saat ini. Jadi harus kita dorong agar semua pihak dapat melakukan dan mengedepankan kajian ilmiah ketika membahas produk tembakau alternatif," ujarnya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut