Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Wanita Berusia 40 Tahun Plus-Plus Berisiko Alami Demensia, Ini Penyebabnya
Advertisement . Scroll to see content

Kenali Gejala Demensia, Bisa Dialami sejak Usia Muda

Kamis, 17 September 2020 - 16:07:00 WIB
Kenali Gejala Demensia, Bisa Dialami sejak Usia Muda
Mengenali gejala demensia (Foto: Dailymiror)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Penyakit demensia memang banyak dialami oleh orangtua atau lansia. Jika dibiarkan, demensia bisa berbahaya bagi penderitanya. Bahkan, demensia bisa dialami sejak usia muda.

Perlu diketahui, Demensia merupakan sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang memengaruhi fungsi kognitif, emosi dan perilaku aktivitas sehari-hari.

Saat ini, di dunia, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang terbanyak, sekitar 60-70%. Masyarakat sering menyebut kondisi ini sebagai pikun.

Pikun seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia sehingga Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia).

Deteksi dini membantu penderita dan keluarga untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik. Selain itu, penanganan Alzheimer sejak dini juga penting untuk mengurangi percepatan kepikunan.

Dalam rangka Alzheimer Awareness Month fungsi kognitif pada September ini, Eisai Indonesia dan PERDOSSI mengadakan kampanye edukatif, #ObatiPikun dan mengenalkan metode deteksi dini Demensia Alzheimer melalui EMS (E-memory screening).

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, dr Dodik Tugasworo mengatakan, meskipun demensia sebagian besar dialami oleh lansia, kondisi ini bukanlah hal yang normal. Demensia Alzheimer merupakan penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain.

"Penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitar," kata dr Dodik Tugasworo, melalui keterangannya, belum lama ini.

Menurutnya, estimasi jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada 2030, dan menjadi empat juta orang pada 2050.

Bukannya menurun, tren penderita Demensia Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.

Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus sangat penting. Kolaborasi dengan berbagai pihak dapat memperluas cakupan edukasi. PERDOSSI bersama PT. Eisai Indonesia melakukan Kampanye edukatif #ObatiPikun ini dan berharap dapat bermanfaat meningkatkan awareness mengenai Demensia Alzheimer.

President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi mengatakan, PT Eisai Indonesia (PTEI) memiliki filosofi human health care (hhc) dan telah berkontribusi dalam kesehatan masyarakat di Indonesia selama 50 tahun.

"Kami berkomitmen memberikan edukasi mengenai penyakit Demensia Alzheimer, terutama karena penyakit ini dapat dideteksi sejak awal sehingga bisa secepatnya ditangani," kata dr Iskandar.

Menyambut Alzheimer Awareness Month tahun ini dan dalam rangka merayakan 50 tahun PT Eisai Indonesia (PTEI), pihaknya bersama PERDOSSI mengadakan kampanye edukatif #ObatiPikun dan mengembangkan E-memory Screening (EMS) yang dapat dilakukan oleh dokter dan masyarakat awam untuk mempermudah deteksi Demensia Alzheimer agar bisa dapat segera diobati.

Ketua Studi Neurobehavior PERDOSSI, dr. Astuti mengatakan, penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko yang bisa dimodifikasi seperti penyakit vaskular, hipertensi, metabolik, Diabetes, dislipidemia, pasca cedera kepala, pendidikan rendah, depresi dan yang tidak bisa dimodifikasi yaitu usia lanjut, genetik yaitu memiliki keluarga yang mengalami Demensia Alzheimer.

Selain mengetahui faktor risikonya, penting juga untuk menyadari, Demensia Alzheimer bersifat kronis progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur.

"Deteksi dini sangat penting bagi penyakit Demensia Alzheimer. Dengan deteksi dini, pasien dapat lebih cepat ditangani sehingga kerusakan otak karena Alzheimer dapat diperlambat," katanya.

Dokter Spesialis Saraf, dr. Pukovisa Prawiroharjo mengatakan, kenangan indah setiap manusia merupakan asset yang tak ternilai sehingga perlu dirawat dan dilestarikan selama mungkin, agar keharmonisan diri, keluarga, dan masyarakat terpelihara baik.

Pada era teknologi informasi, menurutnya, para pakar memanfaat teknologi dalam menyelesaikan masalah kesehatan nasional. Salah satunya adalah penanggulangan demensia/kepikunan yang dimulai dari deteksi sedini mungkin hingga pemberian edukasi masif kepada masyarakat tentang demensia serta bagaimana tips yang efektif dan efisien merawat kualitas hidup orang dengan demensia (ODD) sebaik dan selama mungkin.

"Kolaborasi pakar yang komunikatif dan teknologi informasi akan mampu menjaga kenangan indah ODD selama dan sebaik mungkin, juga mencegah mereka yang mulai menunjukkan gejala ringan gangguan kognitif untuk jatuh mengalami demensia. Kami berinovasi dengan mengembangkan aplikasi E-MS (E-Memory Screening) yang diharapkan menjadi tes massal kepada setiap orang untuk mendeteksi secara cepat dan sedini mungkin kemungkinan mengarah ke demensia," katanya.

Menurutnya, E-MS merupakan aplikasi yang akan resmi diluncurkan pada 20 September 2020, dan dapat diunduh di Playstore dan Appstore. Apabila dari skor E-MS menunjukkan mengarah ke abnormal, maka aplikasi ini juga menyediakan fitur direktori rujukan terpercaya kepada para pakar di sekitar pengguna aplikasi berbasis GPS termasuk informasi jarak, nama dokter beserta keahliannya di bidang demensia, dan call center RS tempat praktik yang dapat dihubungi.

"Selain deteksi dini, aplikasi ini akan menyediakan informasi tepercaya dan mutakhir mengenai demensia, dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar dapat mencerahkan masyarakat dan disediakan pula tips dan trik merawat ODD secara efektif dan efisien," katanya.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut