Lindungi Kesehatan Anak di Sekolah, Ahli Gizi Ingatkan Peran Orang Tua dan Guru
Lewat program tersebut diperoleh hasil yang positif berupa perbaikan status gizi serta penurunan prevalensi status anemia santri di pondok pesantren. Padahal sebelumnya anemia atau kurang darah merah rentan dialami oleh anak-anak dan remaja, termasuk para santriwati. Tidak mengherankan, karena kelompok usia tersebut susah mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan lebih memilih untuk mengonsumsi junk food atau makanan siap saji, santri dan santriwati juga tidak rutin sarapan serta tidak suka mengonsumsi sayur.

“Gizi yang baik merupakan modal penting bagi pertumbuhan generasi masa depan. Anak Indonesia membutuhkan gizi yang baik dan lengkap untuk tumbuh. Dengan gizi yang lengkap, perkembangan mental dan fisik anak Indonesia akan bertambah baik, sehingga dapat tumbuh menjadi bangsa yang kuat,” kata Grant Senjaya selaku Head of Public Relations Department PT Ajinomoto Indonesia.
Diungkapkan juga dalam hal kecukupan gizi dan kesehatan peserta didik pesantren, masih belum mendapatkan perhatian yang proporsional. Para santri di pesantren tidak seperti peserta didik yang tinggal di rumah atau sekolah. Kondisi pangan, gizi dan kesehatan yang baik masih jarang terpenuhi di pesantren. Bahkan ditambahkan Reisi Nurdiani salah satu dosen Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB), anak-anak di pesantren curant memahami apa itu gizi seimbang.
“Melalui program SLP ada perbaikan gizi yang signifikan, sehingga generasi muda di pesantren bisa ebih sehat,” kata Reisi.
Editor: Elvira Anna