Pendidikan Karakter Tak Bisa Hanya Teori: Pembiasaan dan Keteladanan Jadi Kunci yang Terabaikan
“Jangan sampai anak bingung karena pesan yang mereka terima di sekolah berbeda dengan yang mereka lihat di rumah. Kalau di sekolah disuruh jujur, tapi di rumah melihat orang tuanya berbohong, itu kontradiktif,” jelasnya.
Kak Odja juga mendorong para pendidik untuk tidak hanya menjadi pengajar, tapi juga teladan. “Anak-anak lebih mudah meniru daripada mendengar. Mereka meniru cara bicara, cara bersikap, bahkan cara menyelesaikan masalah,” katanya.
Sebagai solusi, Kak Odja menekankan bahwa pendidikan karakter harus dibawa dalam seluruh aktivitas anak, bukan hanya saat jam pelajaran moral atau agama. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan empati harus dihidupkan dalam keseharian, mulai dari cara menyapa guru, cara berbicara dengan teman, hingga cara menyelesaikan konflik.
“Kalau kita ingin anak berakhlak baik, maka kita harus tunjukkan dan latih terus-menerus. Bukan sekali dua kali, tapi menjadi budaya harian,” tegasnya.
Dengan pendekatan seperti itu, ia optimistis karakter anak-anak Indonesia akan terbentuk lebih kuat dan tidak mudah tergerus oleh arus digital yang deras. “Karakter itu terbentuk dari pembiasaan, bukan sebatas dari teori,” pungkas Kak Odja.
Editor: Komaruddin Bagja