Peneliti UI Ciptakan Inkubator Aman, Dapat Digunakan di Rumah
JAKARTA, iNews.id - Saat dilahirkan, bayi prematur memerlukan suhu lingkungan yang mendekati suhu kandungan ibunya. Berbeda dengan bayi normal, bayi prematur sulit untuk beradaptasi dengan perubahan suhu karena beberapa organ tubuhnya belum terbentuk sempurna. Maka dari itu, bayi prematur harus diletakkan di inkubator agar tidak mengalami hipotermia.
Akan tetapi, untuk mendapat perawatan ini, orang tua bayi harus mengeluarkan biaya perawatan yang cukup mahal. Di kota-kota besar, penggunaan inkubator bayi bisa memakan biaya Rp1 juta sampai Rp2 juta per hari dengan waktu rawat 1,5 bulan.
Melihat situasi tersebut, Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI), Prof Dr Ir Raldi Artono Koestoer, DEA. tergerak untuk menciptakan inkubator yang aman, terjangkau, dan dapat digunakan di rumah warga. Berkat kerja kerasnya selama puluhan tahun, Prof Raldi berhasil menciptakan Inkubator Grashof yang kini telah digunakan secara gratis di 138 kota di seluruh Indonesia.
Inkubator Grashof tercipta setelah melewati hampir 10 tipe inkubator. Ide inkubator ini dimulai pada 1994–1995. Saat itu, penelitian menggunakan kardus dan triplek yang dirancang sebesar ukuran inkubator bayi. Kardus difungsikan sebagai kabin, lalu di bagian bawah dipasang heater atau penghangat agar temperatur di dalam kardus sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada 2001, inkubator pertama berhasil dibuat melalui penelitian bersama mahasiswa bimbingannya, namun belum dapat digunakan untuk bayi walau secara kinerja sudah tercapai.
Berkat dana hibah yang diterimanya pada 2010, Prof Raldi menciptakan tiga inkubator dengan satu unit disumbangkan ke klinik bersalin di daerah Depok, dua unit dapat dipinjamkan kepada keluarga bayi prematur yang membutuhkan.
Saat proses pinjam-meminjam inilah Prof Raldi menyadari bahwa inkubator saat itu yang masih berskala rumah sakit kurang cocok dipinjamkan ke rumah masyarakat pra-sejahtera, apalagi jika akses menuju rumah warga sulit atau kondisi rumah warga yang sempit. Oleh karena itu, dia memperbaharui Inkubator Grashof hingga berukuran kecil dan dapat dilepas-pasang.
Teknologi pada inkubator bayi tersebut dirancang pada suhu 33-35 derajat celsius, sedikit lebih rendah dari suhu dalam kandungan ibu, yaitu 37 derajat celsius. Teknologi inkubator menggunakan sirkulasi dan konveksi alamiah, yakni udara dari bawah mengalir ke atas tanpa kipas angin dengan system ducting khusus dan sistem lubang fresh air.
Pemanas yang digunakan adalah lampu pijar dengan konsumsi listrik rendah, yang telah diukur dengan kebutuhan kalor di kabin bayi. Kebutuhan listrik yang digunakan juga 10 kali lebih kecil daripada inkubator pada umumnya, yaitu hanya 50 watt.
Inkubator Grashof hingga saat ini merupakan inkubator lightweight atau yang paling ringan karena bobotnya hanya 13 kilogram. Dia juga disebut the most silent (inkubator paling senyap) karena tanpa adanya bising suara kipas.
Dibandingkan yang lain, Inkubator Grashof adalah yang termurah (cheapest) karena biaya produksinya hanya Rp4 juta hingga Rp4,5 juta, sedangkan inkubator rumah sakit berkisar Rp70 juta sampai Rp150 juta. Selain itu, inkubator ini juga memiliki frekuensi penggunaannya sangat tinggi (high occupancy rate). Satu inkubator dapat digunakan 8 sampai 12 kali dalam setahun.
Melalui konsep Socio-Technopreneurship, inovasi teknologi ini diharapkan memberi manfaat untuk masyarakat luas. Peminjaman gratis inkubator untuk nusantara yang kini dilakukan di 138 kota, diharapkan meningkat hingga ke 300 kota pada 2023.
Program ini sukses dijalankan berkat adanya agen relawan, yaitu individu yang dengan sukarela membantu dan melayani masyarakat. Mereka yang menjadi agen relawan akan mengganti biaya produksi inkubator, meminjamkan, dan mengantarkan kepada keluarga bayi prematur tanpa mengomersialkannya, serta merawat inkubator sesuai arahan tim Prof Raldi.
Selain di FT UI, Inkubator Grashof juga telah diproduksi di mini-factory yang ada di dua kota, yaitu Kupang dan Banda Aceh. Melalui kerja sama dengan Universitas Nusa Cendana Kupang dan Universitas Syiah Kuala Aceh, inkubator ini telah diproduksi dan disebarkan ke beberapa agen relawan di sekitarnya yang membutuhkan.
Hingga saat ini, lebih dari 4.500 bayi prematur telah mendapat manfaat dari inkubator bayi rumahan sejak 2012. Prof Raldi menyediakan layanan peminjaman inkubator kepada masyarakat yang membutuhkan tanpa mengenakan biaya sepeser pun. Bahkan, kini telah tersedia inkubator untuk bayi prematur kembar.
Bagi masyarakat yang membutuhkan layanan ini, Anda dapat menghubungi Tim Inkubator UI–Yayasan Bayi Prematur Indonesia melalui website www.inkubator-gratis.org atau sms-center: 0856 5931 2070 dan wa-center: 08111 383 300.
Editor: Anindita Trinoviana