Peneliti Ungkap Metode Kurangi Risiko Kesehatan akibat Rokok
Ahli toksikologi UNAIR, Shoim Hidayat menjelaskan, produk tembakau yang dipanaskan minim kandungan berbahaya karena tidak ada proses pembakaran dalam penggunaannya. Batang tembakau dipanaskan pada suhu yang rendah. Adapun proses pembakaran pada rokok bisa mencapai suhu 900 derajat Celcius ketika produk tersebut dihisap.
“Produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan aerosol bukan asap, sehingga berbeda dengan rokok. Aerosol dihasilkan dari pemanasan, bukan pembakaran. Dengan demikian, aerosol yang dikeluarkan berbeda, di mana untuk yang dibakar menghasilkan smoke aerosol, sedangkan yang dipanaskan menghasilkan non-smoke aerosol yang partikel penyusunnya lebih dari 90% adalah partikel cair,” kata Shoim dalam diskusi media secara online pada Jumat (4/12/2020).
Tanpa proses pembakaran, kandungan senyawa toksik pada produk tembakau alternatif jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok. Risiko pada pengguna pun menjadi lebih rendah. Sementara, lebih dari 80% komposisi asap rokok tersusun oleh partikel padat.
Shoim mengatakan, asap rokok tersusun oleh senyawa kimia sangat kompleks yang jumlahnya mencapai 3.996 senyawa. Senyawa-senyawa tersebut berasal dari tembakau itu sendiri, kertas pembungkus, bahan tambahan, dan udara yang masuk ketika rokok dihisap.
“Senyawa kimia yang sangat kompleks dalam asap rokok yang dihasilkan melalui proses pembakaran secara umum dapat dipilah menjadi nikotin, TAR, dan gas-gas bakar. Senyawa-senyawa toksik terutama zat penyebab penyakit tidak menular akibat merokok ada di dalam TAR,” katanya.