Kata GIGI soal Pentingnya Penghargaan Album Terbaik bagi Musisi
Thomas menambahkan, selama ini GIGI lebih menitikberatkan kepada karya yang dibuat, sehingga dapat diterima di masyarakat. Selain itu, lagu tersebut dapat dinyanyikan bersama ketika berada di satu acara sehingga menjadi kebanggaan tersendiri baginya.
“Kalau kita sih dulu senangnya bikin saja, enggak terpengaruh sama itu (penghargaan). Pas manggung terus orang nyanyi, itu saja sih lebih berasa gitu,” ujarnya.
Menurutnya, perubahan menjadi digital ini tidak pernah menyurutkan GIGI terus berkarya. Pola penjualan karya menggunakan internet, lebih menitikberatkan pada pola bisnis mengikuti perkembangan zaman.
Bahkan, perubahan ini memiliki beragam manfaat. Salah satunya, besarnya peluang sebuah karya diterima oleh masyarakat. Pasalnya sekarang, semua orang dapat menikmati karya musik melalui internet yang dikenal tidak memiliki batasan ruang maupun waktu, serta sangat mudah untuk diakses.
“Itu pola bisnis gitu saja. Sebetulnya makin luas kan sekarang, kalau dahulu jualan di kota itu, jalan itu, dan toko itu saja. Tapi kalau sekarang, orang di Arab saja bisa dengar. Di sini bisa dengar lebih luas sebetulnya. Akan kemungkinan orang banyak tahu dia dan balik lagi musik apa yang kita keluarkan,” ucapnya.
Digitalisasi ini membawa dampak lainnya seperti persaingan di belantika musik semakin ketat. Pasalnya, semua musisi dari berbagai negara bisa meluncurkan karyanya ke belahan dunia lain. Hal ini membuat sensasi berbeda, mau tidak mau mereka harus memikirkan persembahan terbaik agar tetap diterima masyarakat.
“Beda (sensasi). Orang sekarang bukan hanya untuk Indonesia, kalau dulu kan terbatas. Orang datang ke Jakarta baru meningkat untuk Indonesia. Kalau sekarang, orang di kampung mana saja bisa bareng, dulunya enggak. Dari luar negeri ke sini, yang sudah punya portal kuat di sini lagi. Apalagi memang portalnya sekarang mereka yang punya,” ucapnya.
Editor: Tuty Ocktaviany