5 Doa Membuka Aura Wajah Lengkap Arab, Latin, dan Artinya
اِنَّآ اَنْشَأْنٰهُنَّ اِنْشَاۤءًۙ فَجَعَلْنٰهُنَّ اَبْكَارًاۙ عُرُبًا اَتْرَابًاۙ
Latin : Innaa ansaanaa hunna insaaa. Faja'alnaa hunna abkaaro. 'uruban atroobaa.
Artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya (QS. Al-Waqi’ah: 35-37).
Itulah 5 doa membuka aura wajah lengkap dengan lafal Arab, latin, dan artinya yang bisa diamalkan. Wallahualam bissawab.
Keyword: Mehlani Dickerson, Anak Cantik Pemilik bola mata terbesar (Jelaskan kabar terbarunya)
Tag: #Mehlani Dickerson #Pemilik bola mata terbesar
Penulis: Inas Rifqia Lainufar
Mehlani Dickerson, Gadis Cilik Bermata Besar yang Membuat Ibunya Cemas
JAKARTA, iNews.id - Mehlani Dickerson merupakan gadis cilik yang memiliki mata besar dan indah. Karenanya, ia seringkali disebut mirip dengan tokoh putri raja dalam film-film Disney.
Semua orang, termasuk orang-orang yang bertemu dengannya di jalan akan merasa begitu takjub dengan Mehlani. Namun di balik kelebihannya tersebut, ia ternyata memiliki kelainan yang sempat membuat orangtuanya merasa cemas.
Lantas, kekurangan seperti apa yang dimiliki Mehlani Dickerson? Simak ulasannya berikut ini.
Mehlani Dickerson
Mehlani Dickerson ternyata memiliki kelainan genetik langka yang disebut sindrom Axenfeld-Rieger. Tak bisa diremehkan, sindrom tersebut berpotensi membuatnya buta di kemudian hari.
Saat pertama kali terlahir ke dunia, ayah dan ibu gadis cilik itu tidak menyadari kelainan putrinya. Satu hal yang mereka tahu adalah anak mereka terlahir dengan kondisi yang cantik dan sempurna.
Lalu seminggu setelahnya, Mehlani Dickerson didiagnosis mengidap sindrom Axenfeld-Rieger. Ketika mengetahui kelainan putrinya, kedua orang tua Mehlani mengaku belum pernah mendengar tentang Axenfeld-Rieger sebelumnya.
"Saya belum pernah mendengar ada orang yang dilahirkan dengan itu (sindrom Axenfeld-Rieger)," kata ibu Mehlani Dickerson, dikutip dari Daily Mail, Rabu (5/10/2022).
Pada mata Mehlani Dickerson, ia hanya memiliki sedikit iris di salah satu sudutnya, tetapi selain itu sepenuhnya pupil. Anak-anak yang lahir dengan sindrom ini memang seringkali memiliki iris kecil atau hampir tidak ada, sehingga mereka tampak kehilangan bagian yang berwarna dari mata mereka.
Di seluruh dunia, hanya ada 200.000 orang dengan sindrom yang sama seperti Mehlani Dickerson. Meskipun berbahaya, sindrom ini tetap memiliki tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Karena sindrom tersebut, gadis cilik itu sangat sensitif terhadap cahaya. Jadi, kapan pun Mehlani Dickerson ingin pergi ke luar rumah, baik akan masuk mobil atau ke taman bermain, ia harus mengenakan kacamata hitam untuk menghalangi sinar matahari.
Mehlani Dickerson memiliki peluang 50 persen untuk mengembangkan kondisi sekunder yang disebut sebagai glaukoma. Glaukoma sendiri merupakan penyakit yang mengakibatkan terjadinya penumpukan tekanan di ruang depan mata yang pada gilirannya dapat merusak saraf optik dan menyebabkan hilangnya penglihatan.
Namun sejauh ini, Mehlani Dickerson beruntung dapat mempertahankan kemampuannya untuk melihat. Hal itu terjadi berkat operasi yang dilakukan gadis kecil itu saat masih berusia lima bulan.
Karena operasi tersebut, Mehlani Dickerson memiliki saluran drainase buatan yang menjaga tekanan matanya tetap normal. Pasalnya, saluran drainase di matanya sebelumnya tidak terbentuk dengan benar dan memungkinkan cairan menumpuk di sana yang otomatis akan memperburuk glaukomanya.
Meskipun demikian, ibunda Mehlani, Karina tetap khawatir jika suatu hari penglihatan putrinya menjadi buruk suatu hari nanti. Namun ketika ia mengunggah tentang kondisi putrinya di Twitter, ia banyak mendapatkan dukungan dari warganet yang memiliki sindrom serupa.
"Sangat menyenangkan ketika orang-orang mengirimi saya pesan dan mengatakan bahwa mereka tumbuh dengan sindrom tersebut dan mereka masih bisa mengejar impian mereka serta melakukan semua yang bisa dilakukan anak-anak lain," ujar Karina.
Dari pesan-pesan warganet tersebut, Karina seakan mendapatkan harapan bahwa putrinya tetap dapat memiliki masa depan yang cerah dengan segala kekurangannya.
Editor: Komaruddin Bagja