8 Macam-macam Puasa Sunnah, Lengkap dengan Dalil dan Keutamaannya
JAKARTA, iNews.id - Selain puasa wajib di bulan Ramadan, terdapat macam-macam puasa sunnah. Seluruh puasa sunnah tersebut telah diajarkan oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya.
Oleh sebab itu, umat Islam dianjurkan untuk mengikutinya dengan tujuan mengharap rida Allah SWT. Adapun sederet puasa yang disunnahkan adalah sebagai berikut.
Sesuai dengan namanya, puasa Senin Kamis dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. (HR. Tirmidzi no. 747).
Puasa Daud dilakukan dengan cara sehari berpuasa dan hari berikutnya tidak. Sebagai contoh, Anda berpuasa di hari Senin tapi tidak berpuasa di hari Selasa lalu berpuasa lagi di hari Rabu dan tidak berpuasa di hari Kamis adalah bentuk puasa Daud.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أحَبُّ الصِّيَامِ إلى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأحَبُّ الصَّلاةِ إِلَى اللهِ صَلاةُ دَاوُدَ: كَانَ يَنَامُ نِصْفَ الليل، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَكَانَ يُفْطِرُ يَوْمًا وَيَصُوْمُ يَوْمًا
Artinya: Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan berpuasa sehari. (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159).
Disunnahkan bagi setiap muslim untuk berpuasa selama tiga hari setiap bulan Hijriah. Namun, hari yang utama ada pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya atau biasa dikenal dengan istilah ayyamul biidl.
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ
Artinya: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar. (HR. An Nasai no. 2345. Hasan).
Dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya:
يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
Aetinya: Jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriah). (HR. Tirmidzi no. 761 dan An Nasai no. 2424. Hasan).
Puasa ‘Asyura dikerjakan pada tanggal 10 Muharram. Adapun keutamaan puasa Asyura menurut hadits Rasulullah SAW adalah sebagai berikut.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
Artinya: Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam. (HR. Muslim no. 1163).
Namun, Nabi Muhammad juga puasa pada hari sebelumnya, yakni tanggal 9 Muharram atau puasa tasu'a di akhir usianya.
Dari Ibn Abbas, berkata, "Jika aku masih hidup sampai masa (bulan) depan, aku akan melaksanakan puasa pada hari yang ke-9 dan 10 (Muharram).” (HR. Muslim).
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan:
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
Artinya: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya. (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).
Dari hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad melaksanakan puasa Syaban semasa hidupnya. Kendati demikian, beliau tidak melaksanakan puasa satu bulan penuh agar tidak disangka sebuah kewajiban.
Puasa Syawal dilakukan selama 6 hari. Namun perlu diketahui bahwa tanggal 1 Syawal atau saat Idul Fitri, puasa tersebut tidak boleh atau haram dilakukan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (HR. Muslim no. 1164).
Puasa Arafah dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Namun, puasa ini tidak dianjurkan bagi orang yang melakukan ibadah haji.
Adapun keutamaan puasa Arafah berdasarkan hadits Nabi Muhammad adalah sebagai berikut.
عن ابى قتادة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال ما من يوم أكثر من أن يعتق الله فيه من النار من يوم غرفة ( زواه مسلم )
Artinya: Dari Abi Qatadah, Nabi SAW bersabda, "Tiadalah dari hari yang paling banyak Allah membebaskan hamba-Nya dari api neraka selain hari ‘Arafah." (HR. Muslim).
Sebelum mengerjakan puasa Arafah, umat Islam disunnahkan melakukan puasa tawiyah. Puasa ini bisa dikerjakan pada tanggal 8 Dzulhijjah.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.” (HR At-Tirmidzi).
Editor: Komaruddin Bagja