Asbabun Nuzul Surat Ali Imran Ayat 159, Lengkap dengan Isi Kandungannya
JAKARTA, iNews.id - Surat Ali Imran Ayat 159 menjelaskan tentang kelembutan hati Nabi Muhammad SAW kepada umatnya yang melakukan kesalahan dalam Perang Uhud. Lantas, bagaimana asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 159?
Sebelum membahas asbabun nuzul, perlu kiranya mengetahui apa itu istilah asbabun nuzul. Dalam Ulumul Quran, Asbabun Nuzul sebagaimana dilansir dari laman walisongo.ac.id, terdiri atas dua kata. Pertama, asbab yang merupakan jamak dari asbab (jamak dari sabab) berarti sebab atau latar belakang, dan kedua, nuzul yang berarti turun.
Para ulama tafsir menjelaskan beberapa definisi asbabun nuzul. Menurut Hasby Ash-Shiddiqi asbabun nuzul ialah kejadian yang karenanya diturunkan Al Quran untuk menerangkan hukumnya pada hari timbulnya kejadian itu, dan suasana yang didalam suasana itu Al Quran diturunkan serta membicarakan sebab tersebut, baik dibicarakan secara langsung sesudah terjadi sebab itu atau kemudian lantaran suatu hikmah.
Surat Ali Imran Ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Latin: Fabimā raḥmatim minallāhi linta lahum, wa lau kunta faẓẓan galīẓal-qalbi lanfaḍḍū min ḥaulik(a), fa‘fu ‘anhum wastagfir lahum wa syāwirhum fil-amr(i), fa iżā ‘azamta fa tawakkal ‘alallāh(i), innallāha yuḥibbul-mutawakkilīn(a). (QS. Ali Imran ayat 159)
Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Sebab turunnya atau asbabun nuzul Surat Ali Imran Ayat 159 kepada Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu yakni setelah terjadinya perang Badar. Saat itu, Rasulullah SAW mengadakan musyawarah dengan dua sahabatnya yakni Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab untuk meminta pendapat mereka tentang tawanan perang.
Dalam musyawarah itu, Abu Bakar berpendapat kepada Nabi SAW, mereka yakni para tawanan perang tersebut sebaiknya dikembalikan kepada keluarganya. Selain itu, keluarganya membayar uang tebusan.
Namun, Umar bin Khattab berpendapat sebaiknya para tawanan perang itu dibunuh. Namun, yang diperintah membunuh adalah keluarganya.
Setelah itu, turunlah ayat tersebut kepada Rasulullah SAW sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَنْم أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِأَبِي بَكْرٍ وَعُمْرَ: "لوِ اجْتَمَعْنا فِي مَشُورَةٍ مَا خَالَفْتُكُمَا"
Artinya: Dari Abdur Rahman ibnu Ganam, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada Abu Bakar dan Umar: Seandainya kamu berdua berkumpul dalam suatu musyawarah, aku tidak akan berbeda denganmu.
Ada beberapa isi kandungan dalam Surat Ali Imran Ayat 159. Di antaranya perintah Allah SWT kepada Nabi SAW untuk bersikap lemah lembut kepada umatnya serta bermusyawarah dalam setiap urusan.
Sikap lemah lembut Nabi SAW itu merupakan rahmat dari Allah SWT. Dalam ayat tersebut dijelaskan, Nabi Muhammad SAW tidak marah dan malah bersikap lemah lembut terhadap umatnya meski telah melakukan pelanggaran seperti dalam peristiwa Perang Uhud.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa begitulah akhlak Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah, dengan menyandang akhlak terpuji.
Meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin dalam Perang Uhud sehingga menyebabkan kaum Muslimin menderita, tetapi Rasulullah SAW tetap bersikap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar itu, bahkan memaafkannya, dan memohonkan ampunan dari Allah untuk mereka.
Andaikata Nabi Muhammad saw bersikap keras, berhati kasar tentulah mereka akan menjauhkan diri dari Nabi SAW.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Siti Aisyah radhiallahu anha bahwa Nabi SAW telah bersabda:
عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إنَّ اللَّهَ أمَرَنِي بِمُدَارَاةِ النَّاس كَمَا أمَرني بِإقَامَة الْفَرَائِضِ"
Dari Siti Aisyah ra yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku agar bersikap lemah lembut terhadap manusia sebagaimana Dia memerintahkan kepadaku untuk mengerjakan hal-hal yang fardu.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Abdullah ibnu Amr berkata: Sesungguhnya aku telah melihat di dalam kitab-kitab terdahulu mengenai sifat Rasulullah Saw., bahwa beliau tidak keras, tidak kasar, dan tidak bersuara gaduh di pasar-pasar, serta tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan lagi, melainkan memaafkan dan merelakan.
Di samping itu Nabi Muhammad saw selalu bermusyawarah dengan mereka dalam segala hal, apalagi dalam urusan peperangan.
Nabi SAW mengajak mereka bermusyawarah ketika hendak menentukan posisi beliau saat itu, pada akhirnya Al-Munzir ibnu Amr mengisyaratkan (mengusulkan) agar Nabi Saw. berada di hadapan kaum (pasukan kaum muslim).
Nabi Saw. mengajak mereka bermusyawarah sebelum Perang Uhud, apakah beliau tetap berada di Madinah atau keluar menyambut kedatangan musuh. Maka sebagian besar dari mereka mengusulkan agar semuanya berangkat menghadapi mereka. Lalu Nabi Saw. berangkat bersama pasukannya menuju ke arah musuh-musuhnya berada.
Nabi SAW mengajak mereka bermusyawarah dalam Perang Khandaq, apakah berdamai dengan golongan yang bersekutu dengan memberikan sepertiga dari hasil buah-buahan Madinah pada tahun itu. Usul itu ditolak oleh dua orang Sa'd, yaitu Sa'd ibnu Mu'az dan Sa'd ibnu Ubadah. Akhirnya Nabi Saw. menuruti pendapat mereka.
Nabi SAW mengajak mereka bermusyawarah pula dalam Perjanjian Hudaibiyah, apakah sebaiknya beliau bersama kaum muslim menyerang orang-orang musyrik. Maka Abu Bakar As-Siddiq berkata, "Sesungguhnya kita datang bukan untuk berperang, melainkan kita datang untuk melakukan ibadah umrah." Kemudian Nabi Saw. memperkenankan pendapat Abu Bakar itu.
Demikian ulasan Asbabun Nuzul Surat Ali Imran ayat 159 lengkap dengan isi kandungannya untuk bersikap lemah lembut dan bermuasyawarah.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki