Contoh Hukum Bacaan Qalqalah Kubra
JAKARTA, iNews.id - Contoh Hukum Bacaan Qalqalah Kubra dalam Ilmu Tajwid yakni cara membacanya memantulkan huruf di akhir kalimat dengan kuat. Qalqalah dibaca ketika salah satu dari lima huruf itu mendapat sukun di tengah kalimat atau waqaf di akhir kalimat.
Huruf qalqalah ada lima yakni huruf ba (ب), jim (ج), dal (د), ta (ط), dan qaf (ق) atau dapat disingkat dengan qatbujadin.
Hukum bacaan qalqalah terdiri atas dua, yaitu qalqalah sugra (kecil) dan kubra (besar).
Qalqalah Kubra adalah setiap huruf qalqalah yang berada di akhir kalimat karena mendapat wakaf.
Sedangkan Qalqalah Sugra adalah setiap huruf qalqalah yang mendapat sukun di tengah kata atau kalimat.
Contoh Hukum Bacaan Qalqalah Kubra dalam Surat Al Ikhlas ayat 1-4:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Qul huwallaahu ahadd
اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ
Allahush shomadd
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ
Lam yalidd walam yuuladd
وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ
Wa lam yakunlahuu kufuwan ahadd
2. Surat Al Falaq 1-5
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ - ١
Latin: Qul A'uudzu Birabbil Falaqq
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),
113:2
مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ - ٢
Minngsyarri maa kholaqq
dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,
113:3
وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ - ٣
Wa minng syarri ghaasiqin idzaa wa qabb
dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,
113:4
وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ - ٤
Waminng Syarrin naffaatsaati fil uuqodd
dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),
113:5
وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ - ٥
Waminng syarri khaasidin idzaa hasadd.
dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”
3. Surat Al Lahab 1-5
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
111:1
تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّۗ - ١
Tabbat yadaa abii lahabiw watabb
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
111:2
مَآ اَغْنٰى عَنْهُ مَالُهٗ وَمَا كَسَبَۗ - ٢
Maa aghnaa 'anhu maa luhuu wamaa kasabb
Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.
111:3
سَيَصْلٰى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍۙ - ٣
Sayashlaa naaranng dzaata lahabb
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
111:4
وَّامْرَاَتُهٗ ۗحَمَّالَةَ الْحَطَبِۚ - ٤
Wamra atuhuu khamma latal khathobb
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).
111:5
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ ࣖ - ٥
Fii jiidihaa habblum minmasadd
Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
Contoh hukum bacaan Qalqalah Sugra:
1. Dibaca dengan mantap dan memantul
اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ
Innasyaaniaka huwal abtar (abetar). (QS. Al Kautsar: 3)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍ
Alam Yaj'al kaidahum fii tadhliilin.
Artinya: Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan kabah) itu sia-sia. (QS. Al Fiil:2)
Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Para ulama berpendapat bahwa hukum bagi mempelajari ilmu tajwid itu adalah fardu kifayah. Maksudnya jika di antara Muslim sudah ada yang mempelajari teori dan istilah di dalam ilmu tajwid, kewajiban tersebut menjadi gugur untuk orang yang lain.
Meski demikian, bukan berarti Muslim abai mempelajari ilmu Tajwid. Sebab, untuk bisa membaca Alquran dengan baik dan benar serta tartil harus mengetahui tajwidnya.
Perintah untuk membaca Alquran dengan tartil dan benar disebutkan dalam Alquran.
Allah SWT berfirman:
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Artinya: Atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Surat Al Muzzamil: 4)
Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat tersebut di atas adalah bacalah Alquran dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW Sehingga Siti Aisyah radhiallahu 'anha mengatakan bahwa Nabi SAW bila membaca Alquran yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama dibandingkan dengan orang lain.
Wallahu A'lam.
Editor: Kastolani Marzuki