Disebutkan juga dalam akhir kisah tersebut, Allah ﷻ memberikan pengganti seekor domba besar atas keberhasilan Ibrahim dan Ismail dalam melaksanakan perintah dan ujian yang amat berat itu, seperti diungkap Al-Quran surat As-Shaaffat: 107:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.
Selain sebagai bukti keimanan kepada Allah ﷻ dengan mengorbankan apa pun jika memang diperintahkan, maka peristiwa Nabi Ibrahim as, juga mengandung ‘ibrah (pelajaran) bahwa Allah ﷻ menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia.
Sehingga sama sekali tidak memperkenankan manusia dijadikan kurban penyembelihan atau pembantaian serta sebagai tumbal apa pun yang pada akhirnya mengakibatkan pertumpahan darah atau melayangnya nyawa manusia.
Karena itu, Islam tidak pernah menoleransi terjadinya kekerasan, kebrutalan, dan penindasan dalam bentuk apapun yang mengakibatkan pertumpahan darah dan penderitaan umat manusia. Intinya kejahatan kemanusiaan maupun kejahatan lingkungan secara tegas dilarang Al-Qur’an.
Dengan menangkap pesan dan ‘ibrah dari peristiwa besar yang tidak ada duanya dan tidak akan terulang kedua kalinya dalam sejarah umat manusia itu, dapat disinyalir bahwa Muslim sejati adalah yang memiliki kecintaan dan kepatuhan mutlak kepada Allah ﷻ melebihi kecintaannya kepada siapapun dan apa pun.
Perjuangan Nabi Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As hendaknya juga dapat dijadikan sarana introspeksi diri atas ketaatan kita, untuk selanjutnya ritualitas kurban diharapkan mampu membentuk karakter kepribadian kita sebagai manusia yang peka terhadap lingkungan dan masyarakat sekeliling kita, sebagai manusia yang gemar berkorban dan mengulurkan tangan kepada mereka yang lemah dan yang tertindas.
ُاَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ و للهِ الحَمْد
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara. Aamiin.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku