Hukum Baca Alquran dengan Tajwid Fardhu Ain atau Fardhu Kifayah? Begini Kata Ulama
JAKARTA, iNews.id - Hukum baca Alquran dengan Tajwid Fardhu Ain atau Fardhu Kifayah? Menurut Syekh Ibnul Jazari, hukum mempelajari ilmu Tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardhu kifayah, namun hukum membaca Alquran dengan memakai aturan Tajwid adalah fardhu ain.
Syeikh Ibnul Jazari menjelaskan, membaca Alquran dengan Tajwid, hukumnya wajib. Siapa saja yang membaca Alquran tanpa memakai Tajwid, hukumnya dosa. Karena sesungguhnya Allah menurunkan Alquran dengan Tajwidnya.
Bagi orang yang belum mampu membaca Al Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu Tajwid wajib hukumnya untuk berusaha membaguskan bacaannya sehingga mencapai standar yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW.
Hukum bacaan tajwid penting diketahui Muslim dalam membaca Alquran. Sebab, membaca Alquran harus benar dan tartil serta tahu makhorijul khuruf maupun kapan harus berhenti dan lanjut.
Salah satu upaya agar bisa membaca Alquran dengan baik dan tartil yakni belajar ilmu tajwid yakni ilmu yang mempelajari tentang cara pengucapan dan pelafalan Alquran.
Allah SWT berfirman:
اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
Artinya: Atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Surat Al Muzzamil: 4)
Ibnu Katsir menerangkan maksud ayat tersebut di atas adalah bacalah Alquran dengan tartil (perlahan-lahan) karena sesungguhnya bacaan seperti ini membantu untuk memahami dan merenungkan makna yang dibaca, dan memang demikianlah bacaan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW Sehingga Siti Aisyah radhiallahu 'anha mengatakan bahwa Nabi SAW bila membaca Alquran yaitu perlahan-lahan sehingga bacaan beliau terasa paling Iama dibandingkan dengan orang lain.
Di dalam kitab Sahih Bukhari disebutkan melalui sahabat Anas ra, bahwa ia pernah ditanya tentang bacaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Maka ia menjawab, bahwa bacaan Alquran yang dilakukan oleh Nabi SAW panjang.
Ada banyak hadis yang menunjukkan anjuran membaca Alquran dengan bacaan tartil dan suara yang indah, seperti hadis berikut:
"زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ"
Artinya: Hiasilah Al-Qur’an dengan suara kalian!
"لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ"
Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Alquran.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Yang mahir membaca Alquran bersama malaikat yang terhormat, dan yang membaca Alquran sedang ia terbata-bata serta mengalami kesulitan maka baginya dua pahala”.
Dalam hadis tersebut sangat jelas diterangkan betapa pentingnya membaca Alquran sehingga yang bacaannya terbata-bata pun tetap mendapat pahala, bahkan dua pahala dan bagi yang mahir membacanya mendapat kedudukan mulia bersama malaikat.
Agar bacaan Alquran bisa lancar, baik dan benar maka harus belajar ilmu tajwid. Beragam motivasi seseorang dalam membaca Alquran, ada yang membaca untuk mengharap keberkahan dari ayat-ayatnya, ada yang berharap dapat menjadi penolongnya di hari pembalasan, ada pula yang berharap pahala dari Allah Swt.
Hal tersebut karena memang baginda Rasulullah Saw telah menjanjikan akan hal tersebut sehingga di setiap tempat dan waktu tidak pernah sepi dari orang-orang yang membaca Alquran.
Pentingnya Ilmu Tajwid
Tiada bacaan yang mendapat perhatian besar sebagaimana Alquran, yang diatur tata cara membacanya, mana yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus pelafalannya, di mana tempat yang terlarang, atau boleh, atau harus memulai dan berhenti.
Hal tersebut dibahas di dalam ilmu tersendiri yaitu Ilmu Tajwid. bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika membacanya.
Sebagai sebuah ibadah, membaca Alquran haruslah sesuai ketentuan yang disebut “ilmu Tajwid”.
Tajwid secara bahasa berasal dari kata jawwada, yujawwidu, tajwiidan artinya membaguskan atau menjadikan bagus, dapat pula diartikan sebagai "al-ityaanu biljayyidi" "segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan".
Ilmu tajwid ialah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca dengan baik. Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan Alquran, meskipun pengucapan huruf-huruf hijaiyah (alfabet Arab dari alif sampai ya) di luar Alquran juga harus dilakukan karena pengucapan yang tidak tepat akan menghasilkan arti yang lain.
Tujuan mempelajari Ilmu Tajwid adalah agar dapat membaca ayat-ayat Alquran secara benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi saw., sehingga dapat memelihara lisan dari kesalahan-kesalahan ketika membacanya.
Pengertian Alquran
Alquran adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril As. untuk dijadikan pedoman hidup umat manusia.
Membaca Alquran merupakan salah satu ibadah utama yang besar pahalanya, sebagaimana dijelaskan dalam Hadis berikut:
Abdullah bin Mas‟ud ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari al-Qur‟an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya, dan aku tidakmengatakan الن satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
Menurut cendikiawan muslim Qurasih Shihab, kata Alquran berasal dari kata kerja qara'a yang berarti membaca dan kata dasarnya adalah qur'an yang berarti bacaan.
Huruf Alif pada kata Qur'an, lanjut Quraish Shihab mengandung arti kesempurnaan. Dengan demikian Alquran adalah bacaan yang sempurna.
Kitab Suci Alquran idak hanya sempurna akan kandungannya, namun juga redaksi serta petunjuknya. Kesempurnaan lain yang dimiliki Alquran, lanjut Quraish Shihab karena mudah diingat.
Tidak hanya untuk orang tua, anak-anak pun sangat mudah menghafalnya. Kesempurnaan Alquran itu telah terbukti dalam sejarah bahwa, tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis-baca ribuan tahun yang lalu yang dapat menandingi Alquran al-Karim, bacaan yang sempurna lagi mulia itu.
Alquran dengan makna bacaan dinyatakan oleh Allah Swt. dalam beberapa ayat, antara lain di dalam al-Baqarah ayat 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur‟an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Baqarah [2]:185)
Dalam Surat al-Hijr ayat 87, Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ اٰتَيْنٰكَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْاٰنَ الْعَظِيْمَ
"Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur‟an yang agung. (QS. Al-Hijr [15]:87)
Secara istilah, para ulama memberikan pengertian bahwa Alquran adalah Kalamullah, yang menjadi mu‟jizat yang diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad Saw, diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, dan membacanya dinilai sebagai ibadah.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa, Pertama, Alquran merupakan Kalamullah artinya, bukan ucapan Nabi Muhammad SAW, malaikat, atau makhluk lainnya, tetapi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAWmelalui wahyu, yang memberikan jaminan kesempurnaan dan terbebas dari kekurangan.
Kedua, Alquran merupakan mukjizat artinya hal luar biasa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Ketiga, al-Qur‟an diturunkan (difirmankan) secara mutawatir artinya riwayat yang disampaikan oleh tiga orang atau lebih yang memiliki kualifikasi terbaik sebagai orang-orang yang berakhlak mulia, sempurna kemampuan hafalannya, dan tidak pernah berbohong.
Keempat, membacanya merupakan ibadah. Membaca al-Quran menjadi tanda keimanan seseorang. Semakin tinggi imannya, semakin sering dan sungguh-sungguh membacanya. Semakin sering membaca, semakin meningkat imannya.
Wallahu A'lam
Sumber: Buku Siswa Al Qur'an Hadis MTS Kelas VII,VIII Kemenag
Editor: Kastolani Marzuki