Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Fungsi Iman kepada Hari Akhir, Muslim Harus Tahu!
Advertisement . Scroll to see content

Mengapa Kita Harus Beriman kepada Nabi dan Rasul? Ternyata Ini Jawabannya

Sabtu, 08 Juli 2023 - 18:45:00 WIB
Mengapa Kita Harus Beriman kepada Nabi dan Rasul? Ternyata Ini Jawabannya
Mengapa kita harus beriman kepada nabi dan rasul? (Freepik)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id- Mengapa kita harus beriman kepada nabi dan rasul?Beriman kepada para rasul merupakan salah satu pilar iman yang harus diyakini. Para rasul berfungsi sebagai perantara antara Allah dan umat-Nya dalam menyampaikan wahyu serta untuk menegakkan kehendak Allah bagi hamba-hamba-Nya. 

Dilansir dari Rumaysho, keyakinan kepada para rasul melibatkan mengakui kebenaran wahyu yang mereka terima dan menerima kenabian mereka. Para rasul adalah individu yang jujur (shidiq) dalam menyampaikan wahyu yang berasal dari Allah. 

Mereka telah menyampaikan risalah dan memberikan penjelasan kepada manusia tentang hal-hal yang seharusnya mereka ketahui. 

Terdapat banyak dalil yang menunjukkan kewajiban beriman kepada para rasul. Salah satunya adalah firman Allah Ta'ala:

وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ

“Akan tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al Baqarah: 177)

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ

“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.” (Al Baqarah: 285)

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain), serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.” (An Nisa’: 150-151) Dari ayat-ayat di atas terlihat bahwa Allah menggandengkan keimanan kepada Rasul dengan keimanan kepada-Nya, malaikat-Nya, dan kitab-kitab-Nya. Dan dijelaskan pula tentang hukuman KAFIR bagi siapa yang membedakan antara (keimanan, pen) kepada Allah dan Rasul-Nya karena dia telah beriman pada sebagian dan kufur kepada sebagian yang lain. Dan seorang hamba tidak bisa beriman dengan benar kecuali dengan mengenal dan menempuh jalan rasul .

Definisi Nabi dan Rasul

Dalam bahasa Arab, kata "Nabi" berasal dari kata "naba", yang berarti menceritakan suatu berita, sedangkan mereka juga diberitahu beritanya melalui wahyu. 

Sedangkan kata "Rasul" secara bahasa berasal dari kata "irsal", yang artinya membimbing atau memberi arahan. Secara definisi syar'i yang dikenal luas, Nabi adalah seseorang yang menerima wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikannya, sedangkan Rasul adalah seseorang yang menerima wahyu dalam bentuk syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya (Definisi ini digunakan oleh Syaikh Ibn Abdul Wahhab dalam Ushulutsalatsah dan Kasyfu Syubhat, serta oleh Syaikh Muhammad ibn Sholeh Al Utsaimin).

Namun, beberapa ulama menganggap bahwa definisi ini memiliki kelemahan, karena setiap wahyu yang Allah turunkan ke bumi adalah untuk disampaikan, dan jika seorang Nabi tidak menyampaikan wahyu tersebut, itu termasuk menyembunyikan wahyu Allah. 

Kelemahan lain dari definisi ini ditunjukkan dalam hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menyatakan bahwa Nabi juga menyampaikan wahyu kepada umatnya. 

Beberapa ulama menyatakan bahwa ketika seorang Nabi tidak diperintahkan untuk menyampaikan wahyu, itu bukan berarti Nabi tidak diizinkan untuk menyampaikan wahyu. Perbedaan yang lebih jelas antara Nabi dan Rasul adalah bahwa seorang Rasul menerima syariat baru, sedangkan seorang Nabi diutus untuk mempertahankan syariat yang telah ada sebelumnya.

Mengapa kita harus beriman kepada nabi dan rasul?

Pengiriman para rasul adalah nikmat Allah bagi hamba-hamba-Nya. Karena kebutuhan hamba terhadap para rasul sangat mendesak dan primer. Seorang hamba tidak mungkin dapat mengatur keadaan dan menjalankan agama tanpa bantuan mereka. 

Kebutuhan hamba terhadap para rasul melebihi kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman. Allah Ta'ala menjadikan para rasul sebagai perantara antara-Nya dan hamba-hamba-Nya dalam mengenal Allah, mengetahui hal-hal yang bermanfaat atau membahayakan, memahami rincian syariat berupa perintah, larangan, dan hal-hal yang diizinkan, serta menjelaskan apa yang dicintai dan dibenci oleh Allah.

 Tidak ada cara lain untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam tentang ini kecuali melalui para rasul, karena akal manusia tidak dapat mencapai tingkat detail dalam perkara ini, namun kebutuhan mendesak ini diketahui secara umum. 
 
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيه

 
Allah Ta'ala berfirman, "Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah terjadi perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia dalam hal-hal yang mereka perselisihkan." (Al-Baqarah: 213).

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut