Sejarah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, Simak Hikmah dan Fakta-faktanya!
Di langit dunia, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan Nabi Adam Alaihissallam , di langit kedua berjumpa dengan Nabi Isâ Alaihissallam dan Nabi Yahya Alaihissallam , di langit ketiga berjumpa dengan Nabi Yûsuf Alaihissallam , di langit keempat dengan Nabi Idris Alaihissallam , di langit kelima dengan Nabi Hârûn Alaihissallam , di langit keenam dengan Nabi Musâ Alaihissallam , dan di langit ketujuh berjumpa dengan Nabi Ibrâhîm Alaihissallam yang sedang bersandar pada Baitul-Ma’mûr. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan perjalanan sampai ke Shidratul-Muntahâ (langit tertinggi). Di sinilah, Allah Azza wa Jalla mewajibkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan umatnya untuk menegakkan shalat 50 kali sehari semalam.
Akan tetapi dalam perjalanan kembali dari mi’râj ini, ketika sampai di tempat Nabi Musâ Alaihissallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Apa yang telah diwajibkan Rabbmu atas umatmu?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab pertanyaan ini, sehingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Musâ Alaihissallam meminta kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk kembali menghadap Allah dan minta keringanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan saran itu, dan Allah Azza wa Jalla pun berkenan memberi keringanan. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak kembali dan berjumpa dengan Nabi Musâ Alaihissallam , beliau Alaihissallam meminta Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar meminta keringanan lagi, dan saran itu pun dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai Allah Azza wa Jalla berkenan memberi keringanan. Hingga akhirnya, kewajiban shalat itu hanya lima kali sehari semalam. Setelah itu, ketika Nabi Musâ Alaihissallam meminta Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon keringanan lagi, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Aku sudah memohon kepada Rabbku sehingga aku merasa malu,” lalu terdengar suara: “Aku telah menetapkan yang Aku fardhukan, dan Aku telah memberikan keringanan kepada para hamba-Ku”.
Berdasarkan riwayat-riwayat yang ada menunjukkan bahwa perjalanan kembali Rasulullah menempuh rute dari langit tertinggi menuju Baitul-Maqdis lalu ke Makkah. Adapun sarana yang dipakai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat Isrâ’ ialah Buraq.
Dari riwayat-riwayat tentang Mi’raj ini juga diketahui, bahwa riwayat yang menceritakan peristiwa ini menggunakan fi’il majhul (kata kerja pasif), sehingga sarana yang digunakan tidak diketahui dengan jelas. Dalam sebagian riwayat disebutkan: “Aku dipasangkan mi’râj“. Sehingga Ibnu Katsîr rahimahullah mengatakan perihal itu dengan perkataannya: “Mi’râj, ialah tangga. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam naik menuju langit melalui tangga itu, bukan dengan Burâq sebagaimana persangkaan sebagian orang”.
Peristiwa Isra Miraj memiliki banyak hikmah dan pelajaran bagi umat Islam, di antaranya adalah:
Sejarah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW cukup jelas bukan? Semoga kita dapat menjadi umat yang mampu mengikuti keteladanan Rasulullah SAW.
Editor: Komaruddin Bagja