Lanjutan Khutbah I
Namun, harus dibedakan adanya catatan dalam sejarah bahwa justru manusia dari dulu sampai sekarang menderita karena adanya perang lokal, perang sipil ataupun perang global. Dan kenyataan bahwa adanya kemenangan itu harus dicapai lewat peperangan atau setidak-tidaknya dengan ancaman akan memeranginya. Nyatanya, kini banyak manusia di dunia dicekam ketakutan adanya bahaya perang. Dapatkah upaya mengatasi kenyataan hidup seperti itu?
Yang pasti tidak. Karena itulah justru Islam membolehkan perang selama masih berpijak di atas dasar hukum, membela diri atau negara, menegakkan keadilan, untuk kemerdekaan dan perdamaian. Al-Qur’an menyatakan:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ ٢١٦
Artinya : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal kamu tak menyukainya. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Boleh jadi engkau menyukai sesuatu, padahal amat buruk bagimu. Sesungguhnya Allah Maha Tahu” (QS. al-Baqarah : 216).
Firman Allah SWT yang lain,
وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الْاَرْضُ وَلٰكِنَّ اللّٰهَ ذُوْ فَضْلٍ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ
Artinya : “Seandainya Allah subhanahu wata'ala tidak melindungi (memerintah manusia menolak keganasan yang ada) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah subhanahu wata'ala selalu memberikan karunia-Nya kepada semesta alam” (QS. al-Baqarah : 251).
Dalam firman Allah SWT yang lain,
وَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ
Artinya : “Jika Allah membiarkan manusia berbuat keji terhadap manusia lainnya, maka akan hancurlah semua biara, gereja, sinagog (rumah ibadah orang Yahudi) dan masjid-masjid yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa” (QS. al-Hajj : 40).
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Islam tak pernah membiarkan adanya agresi oleh siapapun. Apakah itu berasal dari golongan umat Islam atas golongan umat lain, atau sebaliknya. Sebab, sebetulnya Allah subhanahu wata'ala tak menyukai seseorang memulai menyalakan api peperangan. Allah subhanahu wata'ala memerintahkan manusia agar tidak memusuhi orang lain, atau memulai peperangan, atau merampas hak orang lain dengan kekerasan.
Allah subhanahu wata'ala menyatakan dalam firman-Nya,
“Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Bunuhlah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu. Padahal, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Lalu janganlah kamu perangi mereka di Masjidilharam, kecuali jika mereka memerangimu di tempat itu. Jika mereka memerangimu, maka perangilah mereka. Demikianlah balasan bagi orang-orang kafir. Namun, jika mereka berhenti (memusuhimu), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama (ketaatan) hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (melakukan fitnah), tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zalim.” (QS. al- Baqarah : 190-193).
Perang bukan suatu tujuan dalam Islam. Juga bukan kebiasaan yang begitu saja dilaksanakan oleh orang Islam. Namun, baru bisa dilaksanakan jika terdapat keadaan yang memang luar biasa, jika cara lain tak bisa digunakan lagi. Sebab, hakikatnya Islam adalah agama perdamaian. Perdamaian adalah kodrat, arti, simbol dan tujuan Islam. Karena itu, siapapun yang menyukai perdamaian akan menyukai Islam dan senang berdamai dengan orang Islam.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku