Ingin Lestarikan Kain Nusantara, Begini Kisah Christian Rintis Usaha Batik dari Nol hingga Raih Omzet Ratusan Juta
Bermula dari situ, Christian mulai berpikir untuk terjun ke dunia usaha. Hingga akhirnya pada 2010, Christian pulang ke Indonesia, di mana saat itu dia mendengar kabar bahwa pemerintah sedang gencar-gencarnya mempromosikan Batik.
Apalagi, Batik baru ditetapkan sebagai salah satu Warisan Kemanusiaan Karya Agung Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh UNESCO. "Kami optimis bisa membantu melestarikan budaya sekaligus membawa batik ke kancah internasional," ujar dia.
Namun di lain sisi, Christian melihat bahwa banyak pembatik-pembatik muda yang enggan meneruskan usaha orang tua mereka. Fakta tersebut didapatkan saat melakukan road trip ke lima kota produsen Batik untuk keperluan research.

"Batik itu dying tradition. Tradisi yang nyaris mati, karena banyak pembatik muda yang kebih memilih bekerja di pabrik atau kantoran seiring meningkatnya pendidikan mereka. Sementara proses pengerjaan Batik tulis itu kan membutuhkan waktu yang lama," ujar dia.
Dia dan partnernya, Juan dan Gisella, melakukan road trip ke sejumlah kota produsen Batik selama kurang lebih satu tahun. Mulai dari Cirebon, Garut, Pekalongan, Solo, hingga beberapa daerah di Jawa Timur.