Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kisah Jenderal AH Nasution Selamat dari G30S PKI, Ada Istri dan Ajudan yang Berperan Besar
Advertisement . Scroll to see content

Profil Pierre Tendean, Pemuda Berdarah Prancis Memilih Jadi Tentara di Indonesia 

Rabu, 29 September 2021 - 10:48:00 WIB
Profil Pierre Tendean, Pemuda Berdarah Prancis Memilih Jadi Tentara di Indonesia 
Pierre Tendean dikenal sebagai salah satu Pahlawan Revolusi yang memiliki darah keturunan Prancis . (Foto: Buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Pierre Tendean)
Advertisement . Scroll to see content

Tamat sekolah, Pierre lalu memutuskan untuk mewujudkan cita-cita masa kecilnya menjadi seorang tentara. Dia kemudian masuk ke Akademi Militer, meskipun orang tuanya ingin dia menjadi dokter seperti ayahnya atau insinyur. Tetapi dengan tekad kuatnya, dia pun berhasil bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958.

Pierre Tendean dikenal sebagai salah satu Pahlawan Revolusi yang memiliki darah keturunan Prancis . (Foto: Buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Pierre Tendean)
Pierre Tendean dikenal sebagai salah satu Pahlawan Revolusi yang memiliki darah keturunan Prancis . (Foto: Buku Sang Patriot Kisah Seorang Pahlawan Revolusi Biografi Pierre Tendean)

Usai lulus dari akademi militer pada 1961 dengan pangkat letnan dua, Pierre Tendean lalu menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan. Setahun kemudian, dia mengikuti pendidikan di sekolah intelijen di Bogor. Setamat dari sana, Pierre lalu ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata ke Malaysia.

Barulah pada 15 April 1965, Pierre Tendean dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution. Lima bulan lebih sejak promosi itu, peristiwa nahas terjadi. Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan Gerakan 30 September (G30S) mendatangi rumah dinas Nasution.

Pierre Tendean yang saat itu sedang tidur di paviliun yang berada di samping rumah dinas Jenderal Nasution dibangunkan oleh putri sulung sang Jenderal, Yanti Nasution. Dengan cekatan, Pierre pun segera berlari ke bagian depan rumah dan dia ditangkap oleh gerombolan G30S. 

Pierre Tendean lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah Lubang Buaya bersama enam perwira tinggi lainnya Soeprapto, Soetojo, dan Parman yang saat itu masih hidup, serta Ahmad Yani, DI Pandjaitan, dan MT Harjono yang sudah terbunuh. Pierre diketahui ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama enam jasad perwira lainnya.

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut