Arab Saudi Tak Akan Ikuti Uni Emirat Normalisasi Hubungan dengan Israel, kecuali

BERLIN, iNews.id - Arab Saudi menegaskan tidak akan mengikuti langkah tetangganya Uni Emirat Arab (UEA) yang menormalisasi hubungan dengan Israel.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan mengatakan, tak ada hubungan diplomatik dengan Israel sampai negara itu menandatangani perjanjian damai dengan Palestina yang diakui oleh dunia internasional.

Baca Juga

Rusia Sengaja Biarkan Kapal Mata-mata NATO Pantau Uji Coba Rudal Nuklir

"Perdamaian harus dicapai dengan Palestina," kata Jubeir, saat berkunjung ke Jerman, dikutip dari AFP, Rabu (19/8/2020).

Dia menegaskan, perjanjian damai yang diakui internasional merupakan syarat utama untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Baca Juga

Normalisasi Hubungan UEA-Israel untuk Hadapi Iran di Kawasan Teluk?

"Setelah itu tercapai, semua hal menjadi mungkin," katanya.

Seperti diberitakan, pada Kamis pekan lalu UEA dan Israel sepakat menormalisasi hubungan setelah ditengahi oleh Amerika Serikat (AS). UEA menjadi negara Arab ketiga yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel setelah Mesir dan Yordania.

Baca Juga

UEA Normalisasi Hubungan dengan Israel, Iran: Kebodohan yang Sulit Dimaafkan Sejarah

Sebagai imbalannya, Israel berjanji menangguhkan pencaplokan Tepi Barat, Palestina, namun Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut rencana itu masih ada meskipun dilakukan dalam jangka panjang.

Presiden AS Donald Trump dalam cuitannya memuji kesepakatan kedua pihak dan menyebutnya sebagai perjanjian perdamaian bersejarah antara dua sahabat besar.

Mendamaikan Israel dengan negara-negara Arab merupakan bagian dari strategi Trump di Timur Tengah untuk mencegah dominasi Iran di kawasan.

Senada dengan Trump, Netanyahu mengatakan kesepakatan dengan UEA merupakan hari bersejarah dan era baru bagi dunia Arab dan Israel.

Penandatanganan kesepakatan normalisasi hubungan antara UEA dan Israel akan dilakukan di Gedung Putih, Washington DC, dalam beberapa pekan mendatang, disaksikan langsung Trump.

Editor: Anton Suhartono