Australia Batalkan Kontrak Kapal Selam, Macron: Tak Berdampak Besar bagi Prancis
PARIS, iNews.id - Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan pembatalan kontrak kapal selam oleh Australia tak akan berdampak besar bagi negaranya. Dia juga memastikan persoalan ini tak mengubah strategi Prancis terhadap Indo-Pasifik.
Australia membatalkan kontrak pengadaan kapal selam dari Prancis yang diteken pada 2016 lalu. Sebagai gantinya Australia menjalin kemitraan keamanan baru dengan Amerika Serikat dan Inggris (AUKUS). Buah dari keputusan itu Australia mendapat akses teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.
Macron juga mengatakan pembatalan ini memang akan berdampak bagi ratusan pekerja, namun bersifat terbatas.
Sementara itu Macron mengumumkan Yunani menjalin kesepakatan untuk membeli tiga kapal perang frigate baru.
Pakta kerja sama pertahanan dan keamanan strategis yang ditandatangani pemimpin kedua negara juga bagian dari upaya untuk meningkatkan kemandirian militer Eropa.
"Ini memberikan kontribusi untuk keamanan Eropa, memperkuat otonomi strategis dan kedaulatan Eropa, untuk perdamaian dan keamanan internasional," ujar Macron, saat konferensi pers bersama Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis.
Pada kesempatan itu Mitsotakis mengatakan perjanjian akan mengikat kedua negara selama beberapa dekade.
Berdasarkan perjanjian tersebut, Yunani juga memiliki opsi untuk membeli frigate keempat dari Prancis. Sebelumnya Yunani juga memesan sekitar 24 jet tempur Rafale buatan perusahaan pertahanan Dassault, menjadikannya sebagai negara Uni Eropa pertama yang membeli pesawat tempur tersebut.
Media Prancis melaporkan kesepakatan dengan Yunani bernilai 5 miliar euro, bisa mengurangi kerugian akibat pembatalan kontrak Australia dengan Naval Group, perusahaan yang seharusnya membangun kapal selam.
Editor: Anton Suhartono