Bank dan Gereja Inggris Minta Maaf atas Perbudakan di Masa Lalu
LONDON, iNews.id – Gereja Inggris dan Bank Inggris (Bank of England) pada Kamis (18/6/2020) meminta maaf atas hubungan bersejarah dua lembaga besar itu dengan praktik perbudakan di masa lalu. Gereja Inggris menyebutnya sebagai aib yang memalukan.
Permintaan maaf tersebut—yang dilaporkan oleh surat kabar Telegraph—menyusul terbitnya analisis angka yang dihimpun oleh University College London (UCL) baru-baru ini. Dalam analisis itu ditemukan bahwa para anggota dari Bank Inggris dan Gereja Inggris mendapatkan keuntungan dari perbudakan.
Hasil penelitian UCL itu mengungkapkan, hampir 100 pendeta dan enam gubernur serta empat direktur bank sentral Inggris mendapat manfaat dari perbudakan. Penelitian tersebut langsung mendapat tanggapan dari Gereja Inggris.
“Sementara, kami mengakui peran pemimpin agama dan anggota aktif Gereja Inggris dalam mengamankan penghapusan perbudakan, (namun) ada aib yang memalukan bahwa orang lain di dalam gereja secara aktif justru melakukan perbudakan dan mendapat keuntungan dari itu,” tutur seorang juru bicara Gereja Inggris kepada Telegraph, dikutip kembali AFP, Jumat (19/6/2020).
Seorang juru bicara Bank Inggris mengatakan, sebagai sebuah institusi, bank sentral itu tidak pernah terlibat langsung dalam perdagangan budak. Akan tetapi, dia menyadari ada beberapa koneksi yang melibatkan mantan gubernur dan direktur Bank Inggris yang melakukan praktik tersebut. “Kami meminta maaf atas perilaku mereka,” ucap sang jubir.