Bentrok Pasukan Keamanan Iran dan Mahasiswa Pecah saat Aksi Protes Tewasnya Mahsa Amini
Protes belum mereda meskipun jumlah korban tewas terus meningkat. Pasukan keamanan merespon aksi dengan tindakan keras menggunakan gas air mata, pentungan. Dalam beberapa kasus, menurut video di media sosial dan kelompok hak asasi, polisi juga menggunakan peluru tajam.
Hak Asasi Manusia Iran, sebuah kelompok yang berbasis di Norwegia, dalam sebuah pernyataan mengatakan, sejauh ini 133 orang telah tewas di seluruh Iran. Termasuk lebih dari 40 orang yang dikatakan tewas dalam bentrokan pekan lalu di Zahedan, ibu kota provinsi tenggara Sistan-Baluchistan.
Pihak berwenang Iran belum memberikan informasi resmi jumlah korban tewas. Mereka justru mengatakan banyak anggota pasukan keamanan telah dibunuh oleh perusuh dan preman yang didukung oleh musuh asing.
Pekan lalu televisi pemerintah mengatakan 41 orang tewas, termasuk anggota pasukan keamanan.
Otoritas tertinggi Iran Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes nasional yang telah menyebar ke 31 provinsi. Semua lapisan masyarakat, termasuk etnis dan agama minoritas, ambil bagian.
Kematian Amini dan tindakan keras telah menarik kritik internasional terhadap penguasa Iran. Sebaliknya, Iran menuduh Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa mengeksploitasi kerusuhan untuk mencoba mengacaukan Republik Islam.
Media pemerintah Iran membagikan video mahasiswa pro-pemerintah, yang berkumpul di universitas Ferdowsi di Mashhad. Mereka meneriakkan "Republik Islam adalah garis merah kami".
Sebelumnya pada hari Minggu, anggota parlemen Iran meneriakkan 'terima kasih, polisi' selama sesi parlemen. Dia ingin menunjukkan dukungan untuk tindakan keras terhadap protes anti-pemerintah yang meluas.
Editor: Umaya Khusniah