China: Demo Justice For George Bukti Rasisme Jadi Masalah Kronis di AS
BEIJING, iNews.id - Pemerintah China melancarkan kritik pedas kepada Pemerintah Amerika Serikat terkait rasisme. China menyebut tewasnya George Floyd sebagai bukti rasisme jadi masalah akut di bawah pemerintahan Donald Trump.
Isu rasisme kembali mengemuka di Amerika Serikat setelah kabar tewasnya pria kulit hitam, George Floyd, saat diamankan polisi Minneapolis viral di media sosial sejak awal pekan kemarin.
Floyd meninggal kehabisan napas usai mendapat kekerasan dari anggota polisi bernama Derek Chauvin dengan cara menindih lehernya dengan lutut selama kurang lebih lima menit.
Meninggalnya Floyd memicu demonstrasi antirasial besar-besaran di lebih dari 30 kota di 16 negara bagian. Situasi semakin tak terkendali saat demonstran terlibat bentrokan dengan polisi serta melakukan pembakaran dan perusakan fasilitas umum.
Situasi tersebut dimanfaatkan oleh China untuk balas menyerang Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri China, Zhao Lijian, menyebut apa yang tengah terjadi di Amerika Serikat menggambarkan inkonsistensi pemerintahan Donald Trump atas persoalan Hak Asasi Manusia.
Selain itu, China juga menganggap Amerika Serikat sebenarnya punya masalah akut dalam menangani rasisme dalam negeri.
"Kehidupan orang kulit hitam juga adalah masalah hidup. Hak asasi manusia mereka juga harus dijamin," kata Zhao dikutip dari AFP, Senin (1/6/2020).
"Rasisme terhadap etnis minoritas di AS adalah penyakit kronis masyarakat Amerika," lanjutnya.
Pernyataan Zhao tersebut merupakan bentuk kekesalan atas sikap Washington terkait protes yang melanda Hong Kong tahun lalu. China mensinyalir ada keterlibatan asing dalam aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan tersebut pada Juni tahun lalu.
Namun, mereka tidak secara spesifik menyebut Amerika Serikat sebagai pihak yang berada di belakang demonstran prodemokrasi. Aktivis prodemokrasi melakukan perlawanan terhadap Pemerintah China yang berencana memberlakukan undang-undang keamanan nasional di Hong Kong untuk mengekang terorisme.
Zhao menambahkan apa yang dilakukan Amerika Serikat terhadap para demonstran antirasial baru-baru ini sebagai standar ganda paling nyata.
"Mengapa AS menyanjung apa yang disebut Hong Kong Merdeka dan kekerasan demonstran hitam sebagai pahlawan dan aktivis, sementara menyebut orang-orang yang memprotes rasisme sebagai perusuh?," ucapnya.
Editor: Arif Budiwinarto