Diperlihatkan Video Dugaan Penyiksaan Muslim Uighur, Ini Respons Dubes China

LONDON, iNews.id - Duta Besar China untuk Inggris berkelit saat dirinya diperlihatkan video dugaan penyiksaan terhadap kelompok muslim Uighur di Xinjiang dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi BBC.

Wawancara eksklusif yang disiarkan langsung BBC pada Minggu (19/7/2020) kemarin, menampilkan Duta Besar Liu Xioaming dan jurnalis terkemuka Inggris, Andrew Marr. Dalam kesempatan itu, Andrew menampilkan rekaman video yang diambil menggunakan drone di atas sebuah kamp konsentrasi di Xinjiang, China.

Baca Juga

Turis ke AS Bisa Diwajibkan Ungkap Riwayat Media Sosial 5 Tahun Terakhir

Video memperlihatkan para tahanan kepalanya dicukur botak serta ditutup matanya dan diborgol. Video tersebut telah diverifikasi oleh pakar dari Australian Strategis Policy Institute, Nathan Ruser. Dia menyebut video tersebut "sangat mengganggu".

Duta Besar Liu berusaha berkelit usai melihat tayangan video, dia menyanggah tayangan tersebut berkaitan dengan kekerasan pada muslim Uighur di Xinjiang.

Baca Juga

Inggris Sebut Ada Pelanggaran HAM Mengerikan terhadap Uighur, Begini Reaksi China

"Saya tidak tahu dari mana Anda mendapatkan rekaman video ini. Anda tahu, terkadan Anda memiliki transfer tahanan. Anda tahu, di negara mana pun," kata Liu.

Liu malah balik menuduh ada upaya dari negara-negara barat memanipulasi video tersebut sebagai bentuk propaganda memojokan China melakukan kekerasan pada Muslim Uighur.

Baca Juga

Inggris: China Lakukan Pelanggaran HAM Berat dan Mengerikan kepada Uighur

"Biarkan saya memberi tahu Anda ini. Yang disebut intelijen Barat terus melakukan tuduhan palsu terhadap China. Mereka mengatakan satu juta atau lebih warga Uighur telah dianiaya."

"Dalam 40 tahun terakhir, populasi Uighur di Xinjiang meningkat dua kali lipat. Populasi bertambah dua kali lipat. Jadi tidak ada batasan populasi. Tidak ada yang disebut aborsi paksa dan sebagainya," lanjutnya.

Baca Juga

Cara China Tekan Populasi Muslim: Larang Perempuan Uighur Hamil hingga Aborsi Paksa

Tayangan video tersebut muncul di saat ketegangan Barat dan China meningkat karena penerapan Undang-Undang Keamanan Nasional yang membatasi kebebasan warga Hong Kong. Selain itu, Amerika Serikat dan Inggris diketahui tengah melakukan perlawanan terhadap penggunaan produk yang dibuat oleh raksasa telekomunikasi China, Huawei.

Editor: Arif Budiwinarto