Dokter Ini Rela Tak Mandi 5 Tahun demi Penelitian, Begini Hasilnya
WASHINGTON, iNews.id - Seorang dokter spesialisasi pencegahan penyakit melakukan eksperimen tak biasa terhadap dirinya. Dia rela tidak mandi selama 5 tahun untuk mendapatkan perspektif baru mengenai kebersihan.
Dia adalah James Hamblin, profesor berusia 37 tahun di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Yale. Dalam eksperimen gila itu, Hamblin ingin mengetahui bagaimana kondisi kulit manusia jika tidak menggunakan produk kebersihan, seperti sabun, sampo, dan lainnya.
Seperti diketahui, dalam pemahaman umum, manusia sepakat betapa pentingnya kebersihan karena bisa melindungi dari infeksi virus dan bakteri penyebab penyakit. Lantas, bagaimana jika seseorang tidak mandi bahkan dalam jangka waktu bertahun-tahun?
"Saya merasa baik-baik saja," kata Hamblin, saat ditanya terkait keputusannya berhenti mandi selama 5 tahun, dikutip dari BBC Indonesia, Senin (18/1/2021).
"Jadi terbiasa. Rasanya biasa saja," kata dia, lagi.
Selain sebagai akademisi, Hamblin juga merupakan jurnalis kesehatan. Pada 2016, dia menulis artikel untuk majalah Amerika, The Atlantic, dengan judul 'I Quit Showering, and Life Continued' atau Saya Berhenti Mandi dan Hidup Terus Berlanjut.
Dalam artikel itu, dia menyebut berapa banyak waktu, uang, bahkan air yang terbuang selama manusia mandi, yang jika dihitung rata-rata dilakukan selama 2 tahun dari hidup. Pada 2020, dia menuliskan pengalamannya itu dalam buku berjudul, 'Clean: The New Science of Skin' atau Bersih: Pengetahuan Baru Mengenai Kulit.
Saat memaparkan pengalamannya tidak mandi 5 tahun, Hamblin tetap menekankan pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan sikat gigi. Dia percaya kebersihan bagian tubuh lain tak perlu dilakukan secara rutin.
Hamblin membeberkan bagaimana dampaknya setelah tak mandi sejak 2015 hingfa 2020. "Seiring berjalannya waktu, badan semakin terbiasa, jadi tak begitu bau, walaupun Anda tak pakai deodoran atau sabun," katanya.
"Banyak orang menggunakan sampo untuk menghilangkan minyak dari rambut dan kemudian menggunakan conditioner. Bila langkah itu tak lagi dilakukan, rambut akan tetap terlihat sebelum Anda pakai produk-produk itu," ucapnya.
Namun, dokter muda itu mengatakan proses berhenti dilakukannya bertahap. Dia mulai dengan mengurangi penggunaan sabun, sampo, dan deodoran. Lalu mandi lebih jarang tidak setiap hari, selanjutnya mandi setiap 3 hari lalu berhenti sama sekali.
"Ada saatnya saya ingin mandi, karena saya sangat ingin mandi. Saya merasa bau dan badan berminyak. Namun kemudian, saya rasa badan semakin berkurang baunya," kata Hamblin.
Melalui eksperimen itu, Hamblin menjadi tahu dengan semakin mengurangi mandi dan menggunakan produk kesehatan yang diperlukan maka kebutuhan terhadap produk-produk itu juga makin berkurang.
Mengenai bau badan dan bakteri. Akademisi Amerika Serikat itu menerangkan, bau badan dihasilkan dari bakteri pada kulit. Mereka hidup di keringat dan bagian tuhbuh yang berminyak. Dengan menggunakan produk kulit dan rambut setiap hari, kata Hamblin, keseimbangan antara minyak di kulit dan bakteri justru terganggu.
Buku yang ditulis Hamblin juga mengkritisi industri produk perawatan kulit dan rambut. Dia mengatakan, ada perbedaan antara sains dan pemasaran. Produk-produk itu digunakan karena banyak orang percaya dapat menjadikan penggunanya lebih sehat.
Kendati demikian, Hamblin mengatakan dia tidak punya landasan kuat untuk memutuskan secara pasti mana yang benar dan salah, atau menyebut apa yang dia lakukan perlu dicontoh orang lain. Tapi apa yang dia lakukan berhasil baginya.
Editor: Anton Suhartono