Kejamnya Pemberontak Sudan Bunuh 1.500 Orang, Eksekusi Warga di Masjid dan Rumah Sakit
Jatuhnya El Fasher dari pangkuan pemerintah Sudan berarti RSF hampir sepenuhnya menguasai wilayah Darfur. Kondisi itu juga menimbulkan kekhawatiran luas akan perpecahan baru.
Pemerintah Sudan juga menuduh RSF menyerang warga sipil di masjid-masjid selama perebutan kota tersebut baru-baru ini.
“Lebih dari 2.000 warga sipil tewas selama invasi milisi ke El Fasher, yang menargetkan para relawan di masjid-masjid dan Bulan Sabit Merah,” ujar Mona Nour Al-Daem, seorang petugas bantuan kemanusiaan untuk pemerintah Sudan.
Jaringan Dokter Sudan mengatakan para pejuang RSF pada hari Selasa "dengan berdarah dingin membunuh semua orang yang mereka temukan di dalam Rumah Sakit Saudi, termasuk pasien, pendamping mereka, dan siapa pun yang ada di bangsal".
Arab Saudi, Mesir, Qatar, Turki, dan Yordania telah mengutuk pelanggaran yang dilakukan oleh RSF di Sudan.
Arab Saudi menyatakan keprihatinan mendalam atas pelanggaran HAM yang serius dan mendesak RSF untuk melindungi warga sipil.
Mesir menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dan menjanjikan dukungan berkelanjutan untuk membantu Sudan mengatasi krisis.
Turki menuntut diakhirinya permusuhan di El Fasher dan pembukaan jalur aman bagi bantuan kemanusiaan, sembari mengutuk "kekejaman terhadap warga sipil". Turki juga mendesak dialog untuk solusi damai.
Qatar turut mengecam pelanggaran mengerikan tersebut dan menyerukan negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Para personel RSF berasal dari paramiliter kenamaan yang terkait dengan pemerintah, dikenal sebagai Janjaweed. Mereka sebenarnya telah terlibat praktik genosida selama konflik Darfur pada 2000-an. Amerika Serikat telah menyatakan RSF dan sekutunya melakukan genosida terkait perang sejak 2023.
Editor: Anton Suhartono