Kisah Einstein Kutuk Zionisme, Tolak Jadi Presiden Israel, Samakan Partai Yahudi dengan Nazi
Surat itu diketik Einstein ditujukan kepada Shepard Rifkin selaku direktur eksekutif American Friends of the Fighters for the Freedom of Israel, yang berbasis di New York. Kelompok itu awalnya diluncurkan untuk mempromosikan ide-ide anti-Inggris yang dicetuskan Stern Gang. Namun, mereka kemudian juga mengumpulkan uang di Amerika untuk membeli senjata yang digunakan untuk mengusir Inggris dari Palestina.
Surat tersebut telah disahkan keasliannya dan terjual dalam lelang. Surat itu pun digambarkan sebagai salah satu dokumen antizionis paling memberatkan yang dikaitkan dengan sang penemu Teori Relativitas itu.
Surat singkat Einstein itu ditulis kurang dari 24 jam setelah munculnya berita pembantaian Deir Yassin di Yerusalem Barat pada April 1948. Dalam peristiwa itu, sekitar 120 teroris dari kelompok Irgun pimpinan Begin dan kelompok Stern Gang yang diketuai Yitzhak Shamir (seorang teroris zionis lainnya yang kemudian menjadi perdana menteri Israel) memasuki satu desa Palestina. Di sana, mereka membantai antara 100 dan 250 pria, perempuan, dan anak-anak.
Beberapa dari korban meninggal dunia karena tembakan. Sementara, yang lainnya tewas akibat ledakan granat tangan yang dilemparkan teroris zionis ke rumah-rumah mereka. Penduduk desa yang tadinya hidup damai tenteram itu, terbunuh setelah direnggut paksa dalam parade yang aneh melalui Yerusalem Barat. Ada juga laporan tentang pemerkosaan, penyiksaan, dan mutilasi yang dilakukan zionis terhadap warga Palestina lainnya.
Sebulan kemudian, Inggris mengakhiri kekuasaannya atas Mandat Palestina. Israel pun muncul. Legitimasi yang diklaim oleh para pendirinya adalah Resolusi Pemisahan PBB November 1947 yang mengusulkan agar Palestina dibagi menjadi dua negara, satu Yahudi dan satu Arab, dengan Yerusalem dikelola secara independen dari kedua belah pihak.
Sebagai seorang pasifis seumur hidup, Einstein menyukai gerakan perdamaian global ketika dia menulis “Manifesto untuk Orang-Orang Eropa” yang menuntut perdamaian di Eropa melalui persatuan politik semua negara di seluruh benua biru itu. Tidak heran, dia tak pernah mengunjungi Israel sejak negara Yahudi itu didirikan—yang terbentuk dari peluru senjata api, dinamit, dan, darah rakyat Palestina.
Sampai hari ini, ada banyak tragedi “Deir Yassins” lainnya sejak Einstein mengutuk langsung peristiwa itu dan menyebutnya sebagai terorisme Yahudi itu. Termasuk di antaranya gempuran Israel selama 11 hari ke Gaza, Mei lalu, yang menewaskan 254 warga Palestina, termasuk 39 perempuan dan 66 anak-anak.
Editor: Ahmad Islamy Jamil