Kisah Psikiater PM Israel Benjamin Netanyahu Bunuh Diri karena Stres
Yatom mengungkap, upayanya untuk menenangkan histeria Netanyahu sangat melelahkan secara emosional dan sering kali kali berakhir dengan kegagalan.
“Orang-orang Yahudi berada di ambang kehancuran di tangan goyim yang rasis dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan mereka adalah dengan melakukan pembantaian terakhir," demikian isi buku harian.
Pengakuan Yatom lainnya di buku harian tersebut memberi gambaran sekilas tentang tindak tanduk Natanyahu, sekaligus mengungkap tantangan berat yang dihadapi Yatom.
“Bibi (nama panggilan Netanyahu) datang pukul 3 untuk sesi sore. Pada pukul 4 dia menolak untuk pulang dan mengatakan bahwa rumah saya sebenarnya adalah miliknya. Lalu dia mengurung saya di ruang bawah tanah semalaman, sementara dia menjamu teman-temannya dengan mewah di lantai atas. Ketika saya berusaha melarikan diri, dia menyebut saya teroris kemudian mengikat saya. Saya meminta belas kasihan, tapi dia bilang tidak bisa memberi jaminan kepada seseorang yang bahkan tidak ada," tulis Yatom, pada Senin, 8 Maret.
Seorang tetangga, Yossi Bechor, sangat terkejut mendengar kematian Yatom. Dia menyebut Yatom sebagai sosok yang andal dalam pekerjaanya.
“Saya sangat terkejut. Moshe adalah simbol kepribadian yang punya integritas dan telah menyembuhkan puluhan penderita skizofrenia sebelum menangani Bibi. Tidak ada indikasi bahwa kasus (Netanyahu) berbeda dengan kasus lainnya," kata Bechor.
Editor: Anton Suhartono