Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Myanmar Bongkar Jaringan Online Scam, 48 WNI Ditangkap!
Advertisement . Scroll to see content

Krisis Rohingya, 1 Lagi Penghargaan untuk Aung San Suu Kyi Dicabut

Kamis, 08 Maret 2018 - 10:02:00 WIB
Krisis Rohingya, 1 Lagi Penghargaan untuk Aung San Suu Kyi Dicabut
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi (Foto: AP)
Advertisement . Scroll to see content

WASHINGTON, iNews.id - Museum Peringatan Holocaust di Amerika Serikat (AS) mencabut penghargaan utama untuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi. Hal ini merujuk pada kegagalannya dalam menghentikan serangan militer terhadap warga minoritas Muslim Rohingya.

Pancabutan Elie Wiesel Award kepada Suu Kyi, pemenang Nobel Perdamaian 1991, adalah penghargaan yang terbaru dicabut atas sikap diamnya terkait pelanggaran luar biasa terhadap etnis Rohingya.

Suu Kyi dan Liga Nasional untuk Demokrasi diketahui menolak bekerja sama dengan penyelidik PBB dan menolak memberikan akses kepada wartawan ke daerah-daerah di mana dugaan pelanggaran terjadi. Hal itu dinyatakan oleh museum tersebut dalam surat kepada Suu Kyi yang di-posting di website.

"Dengan sangat menyesal sekarang kami membatalkan penghargaan itu," demikian isi surat tertanggal 6 Maret tersebut, seperti dilansir Reuters, Kamis (8/3/2018).

Juru bicara Kedutaan Besar Myanmar menolak berkomentar terkait keputusan museum tersebut.

PBB telah mengumpulkan bukti adanya pelanggaran yang masif oleh militer Myanmar terhadap Rohingya yang sebagian besar tidak memiliki kewarganegaraan. Di antara pelanggaran itu adalah pembunuhan, pemerkosaan, dan pembakaran. Serangan tersebut menyebabkan hampir 700.000 warga melarikan diri ke negara tetangganya, Bangladesh.

Myanmar yang mayoritas beragama Buddha menolak tuduhan tersebut dan menyatakan pasukan keamanan hanya memerangi kelompok teroris.

Pendertiaan warga Rohingya ini memicu kemarahan seluruh dunia. Ada seruan agar penghargaan Nobel bagi Suu Kyi dicabut, karena dia bahkan tidak pernah sekadar mengutuk tindakan militer Myanmar itu.

Editor: Anton Suhartono

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut