Pembantaian Paling Mengerikan di Afrika, Ada Korban yang Dibakar Hidup-Hidup
Pembantaian diduga dilakukan oleh Etnis Dogon. Warga Etnis Fulani diserang serta dibakar secara hidup-hidup. Pemicu pembantaian ini beragam, mulai dari perebutan lahan hingga menuduh etnis Fulani yang menyembunyikan ekstremis.
Pada 21 Maret 1960, sebanyak 69 orang kulit hitam serta 180 orang mengalami luka-luka ketika polisi menembaki massa aksi protes di Sharpeville, Afrika Selatan. Ketika kejadian, belum jelas alasan para polisi menembaki kerumunan massa. Namun, hal ini diduga karena aksi demonstran yang melempar batu.
Sekitar 5.000-7.000 orang berkumpul di kantor polisi Sharpeville untuk memprotes undang-undang yang baru disahkan. Mereka mengeklaim bahwa undang-undang tersebut dirancang oleh apartheid untuk membatasi pergerakan orang kulit hitam di daerah orang kulit putih.

Kebanyakan dari korban adalah anak-anak dan wanita. Pembantaian Sharpeville ini kemudian diperingati sebagai Hari Penghapusan Diskriminasi Rasial. Usai kejadian, terjadi demonstrasi, kerusuhan hingga aksi protes.
Pada 30 Maret 1960, pemerintah menyatakan keadaan darurat. Tak hanya itu, pemerintah juga menahan lebih dari 18.000 orang.
Sebanyak 55 orang tewas pada Minggu (30/5/2021) dalam dua serangan di Kongo Timur. Tentara serta kelompok hak sipil sempat menuduh Pasukan Demokratik Bersatu sebagai bandit bersenjata yang menyerang Desa Tchabi serta sebuah kamp pengungsi di dekat Boga.
Diketahui, keduanya berdekatan dengan perbatasan Uganda. Menurut kantor urusan kemanusiaan PBB, rumah-rumah dibakar serta warga sipil diculik.
Kepala kelompok hak sipil di Boga, Albert Basegu, baru menyadari adanya serangan usai mendengar suara tangisan di rumah seorang tetangga. Ketika Albert tiba, ia menemukan para penyerang telah membunuh seorang pendeta Anglikan. Sang putri juga terluka parah.
Pasukan Demokratik Bersatu diyakini telah menewaskan lebih dari 850 orang pada 2020 dalam rentetan serangan balasan kepada warga sipil usai tentara memulai operasi melawan kelompok tersebut. Amerika Serikat menyatakan Pasukan Demokratik Bersatu sebagai organisasi teroris asing pada Maret 2021.
Editor: Umaya Khusniah