Penembakan di Rusia Tewaskan 115 Orang, Ukraina Terlibat?
MOSKOW, iNews.id - Rusia tampaknya mengarahkan pandangan ke Ukraina terkait serangan brutal saat konser musik di Crocus City Hall, Moskow, yang sejauh ini menewaskan 115 orang. Ini didasarkan dari temuan bahwa keempat pelaku penembakan hendak kabur melalui perbatasan Ukraina.
Selain itu, dinas keamanan Rusia FSB menyebut, para pelaku memiliki kontak di Ukraina yang membantu aksi pelarian mereka.
Ketua komisi pertahanan majelis rendah Rusia Duma, Andrey Kartapolov, menyebut Ukraina dan negara sekutunya merupakan pihak yang paling berkepentingan dalam serangan teroris tersebut.
“Tentu saja, pihak yang paling berkepentingan adalah Ukraina dan para pengawasnya. Jika (keterlibatan Ukraina) terkonfirmasi, saya tidak terkejut sama sekali. Namun yang paling penting sekarang adalah memberi mereka (para pelaku) pembalasan yang setimpal, konkret, dan bisa dipahami, bukan secara teoritis, tapi di medan perang,” kata Kartapolov kepada Sputnik, Sabtu (23/3/2024).
Hal senada disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia Maria Zakharova. Menurut dia, Ukraina telah berubah menjadi pusat penyebaran terorisme di Eropa selama 10 tahun terakhir dengan bantuan negara-negara Barat.
“Yang terpenting adalah pihak berwenang AS tidak melupakan bagaimana informasi dan lingkungan politik mereka menghubungkan teroris yang menembak orang di Crocus City Hall dengan organisasi teroris terlarang ISIS. Sekarang kita tahu di negara mana para bajingan berdarah ini berencana sembunyi dari pengejaran, Ukraina,” kata Zakharova, di Telegram.
Sebelumnya Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia yang juga mantan presiden Dmitry Medvedev menduga keterlibatan Ukraina.
Jika Ukraina bertanggung jawab atas serangan tersebut, kata Medvedev, maka Ibu Kota Kiev harus dihancurkan, termasuk para pejabatnya.
“Jika para teroris ini ternyata rezim Kiev, kita tidak boleh menghadapi mereka dan inspirator ideologis mereka secara berbeda. Mereka semua harus diburu dan dimusnahkan secara kejam sebagai teroris. Termasuk pejabat negara yang melakukan kejahatan semacam itu," ujarnya.
“Teroris hanya paham teror sebagai respons. Pengadilan atau penyelidikan tidak akan membantu jika kekerasan tidak dilawan dengan kekerasan dan kematian dengan eksekusi terhadap teroris serta tindakan keras terhadap keluarga mereka,” tuturnya, lagi.
Bantahan Ukraina
Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak buru-buru merespons bahwa negaranya tak terkait dengan serangan tersebut.
“Mari kita jujur soal ini, Ukraina sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian ini," katanya.
Dia menambahkan Ukraina sedang menghadapi perang besar dengan pasukan reguler Rusia sebagai sebuah negara.
"Apa pun yang terjadi, semuanya diputuskan di medan perang,” tuturnya lagi.
Podolyak sampai mengulangi bantahan itu hari ini dengan menegaskan serangan itu tak ada kaitannya dengan Ukraina.
"Segala upaya untuk mengaitkan Ukraina dengan serangan teroris sama sekali tidak bisa dibenarkan. Ukraina sama sekali tidak ada hubungannya dengan kejadian ini,” ujarnya, dalam pernyataan di X.
Sebelumnya ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan dengan menyebut para pelaku adalah pejuangnya dan sempat kabur dari lokasi.
"Membunuh dan melukai ratusan orang serta menyebabkan kerusakan besar di tempat tersebut sebelum mundur ke markas dengan selamat,” bunyi pernyataan ISIS melalui Telegram.
Amerika Serikat juga memiliki informasi intelijen yang membenarkan bahwa kelompok ISIS berada di balik serangan brutal itu.
Meski demikian Rusia tak mau gegabah untuk menentukan siapa sebenarnya pihak yang bertanggung jawab. Otoritas Rusia enggan mengomentari klaim dari ISIS, meski sebelumnya sudah memperingatkan ancaman serangan dari kelompok tersebut.
Editor: Anton Suhartono