Penjara di Iran Tampung Tahanan Politik dan Warga AS Terbakar, Begini Situasi Sekarang
TEHERAN, iNews.id - Pemerintah Iran merilis video yeng menunjukkan situasi di Penjara Evin pasca-kebarakaran pada Sabtu (15/10/2022) malam. Pemerintah juga memperingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) untuk tidak ikut campur urusan dalam negeri Iran.
Dalam rekaman yang dirilis pemerintah pada Minggu (16/10/2022) tersebut, tampak situasi di Penjara Evin kini telah tenang dan terkendali. Mereka juga menyebut ada delapan orang luka akibat insiden tersebut.
Rekaman di Penjara Evin yang ditayangkan di televisi pemerintah menunjukkan petugas pemadam kebakaran memeriksa sebuah bengkel yang rusak akibat kebakaran. Rekaman juga menunjukkan sejumlah narapidana tidur di bangsal.
Penjara Evin yang terkenal di Iran telah lama dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi Barat. Penjara ini masuk dalam daftar hitam oleh pemerintah AS pada 2018 karena pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
Atas kebakaran tersebut, Presiden AS Joe Biden mengatakan, pemerintah Iran sangat menindas. Biden juga mengaku terkejut dengan keberanian para pengunjuk rasa di Iran.
Atas komentar tersebut Kementerian luar negeri Iran mengatakan, Biden telah ikut campur dalam urusan negara. Dia dinilai menunjukkan dukungan untuk protes anti-pemerintah dimana pihak berwenang telah menanggapi dengan tindakan keras.
"Pada hari Sabtu ... Biden ikut campur dalam urusan negara Iran dengan mendukung kerusuhan ... Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah AS telah berusaha mati-matian untuk mengobarkan kerusuhan di Iran dengan berbagai alasan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kanaani seperti dilaporka ISNA.
Sebelumnya, kebakaran melanda penjara tempat menampung tahanan politik serta warga berkebangsaan ganda di Teheran, Iran, Sabtu (15/10/2022). Selain tahanan politik, kejahatan keuangan, pencurian, dan lainnya.
Saksi mengaku mendengar suara tembakan di penjara bernama Evin tersebut.
Pihak berwenang Iran mengatakan bengkel dalam penjara terbakar setelah perkelahian di antara sejumlah tahanan. Mereka merupakan tahanan atas kasus kejahatan keuangan dan pencurian.
Kebakaran ini terjadi di saat Iran tengah dilanda gelombang aksi protes keras atas kematian seorang perempuan, Mahsa Amini yang sebelumnya ditangkap polisi moral. Dia dinilai salah dalam berpakaian dan berjilbab. Nahas, perempuan itu meninggal dalam penjara.
Iran menyalahkan gelombang aksi kekerasan pada musuh di dalam dan luar negeri. Mereka juga menyangkal jika pasukan keamanan telah membunuh pengunjuk rasa.
Media pemerintah pada Sabtu (15/10/2022) mengatakan, setidaknya 26 anggota pasukan keamanan tewas dibunuh oleh perusuh.
Gelombang kekerasan itu telah memicu kecaman internasional. Amerika Serikat, Kanada dan beberapa negara Eropa menjatuhkan sanksi pada pejabat dan organisasi Iran yang terlibat dalam tindakan keras terhadap pengunjuk rasa.
Editor: Umaya Khusniah