Penyerang Eks Agen Ganda Skripal di Inggris adalah Intel GRU Rusia
LONDON, iNews.id - Jati diri salah satu tersangka penyerangan mantan agen Rusia, Sergei Skripal, di Inggris, diungkap oleh sebuah laman jurnalisme investigasi.
Dilaporkan BBC, Kamis (27/9/2018), dalam artikel yang diunggah pada 26 September 2018, situs The Bellingcat mengklaim pria bernama Ruslan Boshirov sejatinya adalah Kolonel Anatoliy Chepiga, agen badan intelijen militer Rusia atau GRU.
Lebih jauh, Bellingcat mengklaim Chepiga pernah menjadi serdadu yang bertugas di Chechnya dan mendapat penghargaan tertinggi—Pahlawan Federasi Rusia. Penghargaan semacam itu biasanya disematkan langsung oleh Presiden Rusia Vladimir Putin.
Anatoliy Chepiga (kiri) and Ruslan Boshirov. (Foto: BELLINGCAT / PA)
Untuk mendukung klaim tersebut, Bellingcat menampilkan dokumen paspor Anatoliy Vladimirovich Chepiga. Foto Chepiga pada 2003 tampak menyerupai Ruslan Bushirov, namun dalam versi yang lebih muda.
Boshirov dan seorang warga Rusia lainnya, Alexander Petrov, menjadi tersangka insiden penyerangan terhadap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia, di Salisbury pada Maret lalu.
Walau terpapar zat beracun Novichok, Skripal dan Yulia luput dari maut setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, Dawn Sturgess—perempuan yang tidak terkait dengan Skripal—meninggal dunia pada Juli lalu lantaran terpapar zat serupa.
Foto Anatoliy Chepiga dan Ruslan Boshirov yang diduga agen GRU Rusia. (Foto: Russian Insight)
Para pejabat Inggris tidak berkomentar atas temuan situs the Bellingcat mengenai jati diri Boshirov yang sebenarnya. Namun, sebelumnya, sejumlah penyelidik Inggris berkata Boshirov merupakan agen intelijen Rusia.
Ditengarai, Boshirov berkunjung ke Inggris menggunakan paspor palsu bersama Alexander Petrov. Pemerintah Inggris menuduh mereka adalah agen intelijen militer Rusia, GRU.
Rusia selalu membantah tudingan tersebut dan Presiden Vladimir Putin mengatakan mereka adalah warga sipil.
Keduanya muncul di televisi Pemerintah Rusia dan sebagai turis yang mengunjungi Salisbury untuk melihat katedral.
Penerbitan artikel mengenai identitas salah seorang tersangka dalam kasus penyerangan di Salisbury mencuat setelah seorang aktivis band punk Pussy Riot, Pyotr Verzilov, diduga diserang menggunakan racun.
Verzilov sangat yakin serangan itu didalangi oleh badan intelijen Rusia.
Koresponden BBC di bidang keamanan, Gordon Corera, menyebut, belum diketahui secara pasti apakah kedua insiden terkait.
Namun, kasus-kasus itu, menurutnya, menunjukkan Rusia bersedia mengambil langkah "semakin agresif" dan "berisiko".
"Mereka tampak kurang khawatir tertangkap basah—lebih berani," ujar Corera.
Editor: Nathania Riris Michico