Pilpres Turki Putaran Kedua, Kemenangan Kandidat Ada di Tangan Ekspatriat dan Korban Gempa
Sementara itu, seorang profesor di Universitas Sabanci Istanbul, Berk Esen menyebut, rebound pemilihan Erdogan tidak terlalu mengejutkan. Dia berargumen bahwa wilayah itu dipenuhi oleh pemilih yang memercayai penjelasan Erdogan bahwa tingginya jumlah korban tewas disebabkan oleh persitiwa alam yang tidak dapat dihindari dan bukan kelalaian negara atas standar bangunan yang lemah.
"Selain itu, oposisi tidak banyak berkampanye di daerah tersebut dan tidak dapat menawarkan pesan alternatif yang kredibel," katanya.
Sebagai tanggapan, Kilicdaroglu telah mengeluarkan nada nasionalis yang keras. Dia berjanji untuk mengusir jutaan warga Suriah dan migran lainnya.
Pesan tersebut bergema di kota-kota perbatasan Suriah seperti Antakya. Di wilaayh itu, banyak warga Suriah melarikan diri saat perang melanda negara mereka sendiri.
Tim kampanye Kilicdaroglu telah menempelkan kota itu dengan poster-poster yang menyebut 'Orang-orang Suriah akan pergi'.
"Kami tidak akan mengubah Turki menjadi gudang bagi para migran," kata kandidat berusia 74 tahun itu dalam kunjungan ke Antakya pada Selasa lalu.
Namun demikian, trik Kilicdaroglu mungkin tidak cukup, atau mungkin menjadi bumerang. Dia bahkan dicap anti-Turki dan anti-Muslim.
"Kiri Turki tidak lagi sama. Mereka telah menjadi anti-Turki, anti-Muslim," kata pemilih Omer Edip Aslantas di Kirikhan, Distrik Hatay utara yang mendukung Erdogan.
Editor: Umaya Khusniah