Politisi Malaysia: Najib Razak Hidup dalam Dunianya Sendiri
KUALA LUMPUR, iNews.id - Seorang politisi senior Malaysia Lim Kit Siang mengatakan mantan perdana menteri (PM) Najib Razak hidup dalam 'dunia khayalan' di mana dia merasa tidak bersalah.
Najib (65) ditahan dan dikenai tuduhan kedua kalinya pada pekan lalu dalam kasus skandal dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB). Dengan demikian, tuduhan yang dikenakan terhadap Najib sekarang berjumlah 32.
Pihak penuntut mengatakan Najib menggunakan posisinya sebagai PM untuk mendapatkan dana 765,8 juta dolar Australia untuk 1MDB dari 2011 hingga 2014, dan sekitar 13,9 juta dolar dana tersebut masuk ke rekening pribadinya.
Meski polisi sudah memeriksa rumah dan menemukan sejumlah besar uang tunai, tas mewah, serta berbagai perhiasan mahal, Najib menyatakan tidak bersalah atas semua tuduhan tersebut.
Lim Kit Siang merupakan politisi senior dari Democratic Action Party Malaysia, yang sekarang merupakan salah satu dari empat partai dalam koalisi pimpinan PM Mahathir Mohamad.
Dalam wawancara dengan program The World ABC, Lim Kit Siang mengatakan Najib tidak hidup dalam 'dunia nyata'.
"Saya kira sejak pemilu lalu, Najib tampaknya hidup dalam dunia halusinasi, delusi, dan sepenuhnya terpisah dari kehidupan nyata," kata Kit Siang, seperti dilaporkan ABC News, Rabu (26/9/2018).
"Dia masih berpikir dunia dan negara masih bergerak mengelilinginya, bahwa 1MDB adalah fake news, namun sekarang dia harus menghadapi kenyataan."
Delusi adalah suatu keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, yang terus ada walaupun bukti menunjukkan hal tersebut tidak benar.
Menurut Kit Siang, meski saat ini Najib akan menghadapi pengadilan, namun dalam waktu bersamaan harus dipastikan bahwa Jho Low - pria yang dianggap menjadi tokoh utama di belakang 1MDB - juga harus diadili.
Low, pengusaha kaya Malaysia yang banyak dikenal menyelenggarakan pesta mewah di Amerika Serikat, saat ini diperkirakan bersembunyi di China guna menghindari perintah penangkapan di Malaysia dan Singapura.
"Saya kira Jho Low harus dibawa kembali ke Malaysia," ujar Kit Siang.
"Saya kira tidak diragukan bahwa Najib dan Jho Low adalah dua tokoh utama di balik skandal 1MDB, yang digambarkan oleh Jaksa Agung AS sebagai pencurian uang negara terburuk. Kecuali Najib dan Jho Low bisa diadili, maka ini akan terus menjadi kasus yang tidak terselesaikan."
Najib tersingkir pada Mei lalu setelah sembilan tahun berkuasa. Posisinya digantikan Mahathir Mohamad—yang sebelumnya memimpin Malaysia selama 22 tahunhingga 2003—yang mencapai kemenangan mengejutkan di pemilu, dengan kampanye untuk memberantas korupsi.
Walau tokoh berusia 93 tahun ini masih dilihat sebagai tokoh reformis, Mahathir di masa lalu pernah dilihat juga sebagai bagian dari masalah.
Ketika berkuasa sebelumnya, Mahathir dikenal dengan pemimpin bertangan besi, dan memenjarakan beberapa lawan politiknya.
Kit Siang pernah dipenjara semasa Mahathir berkuasa bersama anaknya Lim Guan En, yang kini menjadi Menteri Keuanga, sebagai bagian dari pemberangusan massal yang kontroversial mengunakan UU Keamanan Dalam Negeri (ISA).
Namun, kepada The World, Kit Siang mengaku yakin bahwa dirinya dan anggota koalisi lainnya bisa bekerja efektif dengan Mahathir.
"Kami yakin bahwa suasana politik di masa lalu di mana dia sangat dominan, berbeda dengan suasana politik sekarang," tuturnya.
"Mahathir bukan lagi Mahathir yang dulu."
Kit Siang sudah menjadi salah satu tokoh oposisi utama di Malaysia selama lebih dari 20 tahun. Kini setelah menjadi bagian dari partai koalisi yang memerintah, fokusnya adalah membuat Malaysia lebih maju dan membersihkan nama negaranya di dunia internasional.
"Kami tidak mau menjadi negara gagal, negara yang menjalankan demokrasi yang buruk," kata Kit Siang.
"Saya kira apa yang terjadi di masa lalu adalah sesuatu yang bisa menjadi pelajaran. Kita mengambil sikap positif bagi masa depan, dan saya kira kita ingin negeri ini bergerak maju."
Dia menekankan pentingya warga Malaysia di seluruh dunia memberikan sumbangan bagi mengubah negeri itu menjadi Malaysia baru.
"Membangun Malaysia baru bukan sesuatu yang bisa dicapai dalam waktu 100 hari atau enam bulan, namun sesuatu yang memerlukan satu atau puluhan tahun. Kami ingin demokrasi yang bisa menjadi contoh, bisa bersatu makmur dan semua warga Malaysia merasa jadi bagian dari negara ini."
Editor: Nathania Riris Michico