Protes Massa Antirasial AS Meluas Sampai ke Selandia Baru
WELLINGTON, iNews.id – Gelombang demonstrasi antirasial yang melanda seantero Amerika Serikat menyusul kematian pria berkulit hitam, George Floyd, juga merambat ke sisi lain dunia. Hari ini, massa yang terdiri atas ribuan pengunjuk rasa berbaris di jalan-jalan Selandia Baru, menyuarakan solidaritas yang sama terhadap Floyd.
Demonstrasi di negeri kiwi berlangsung damai, bertolak belakang dengan protes keras yang disertai kerusuhan di AS beberapa hari terakhir ini. Di Auckland, sekitar 2.000 orang mendatangi Konsulat AS sambil meneriakkan “tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian!” dan “hargai nyawa orang kulit hitam!".
Sementara, 500 orang lainnya berkumpul di Christchurch, kota di Pulau Selatan Selandia Baru. Selain itu, ada pula kerumunan besar warga yang menyalakan lilin di luar gedung parlemen di Wellington.
Musisi keturunan Nigeria di Selandia Baru, Mazbou Q, yang mengorganisasi protes, mengatakan bahwa aksi protes massal hari ini bukan hanya soal kematian Floyd.
“Penganiayaan yang berkelanjutan terhadap komunitas kulit hitam adalah fenomena yang berkelanjutan. Supremasi kulit putih yang sama yang telah menyebabkan pembunuhan orang kulit hitam yang tidak proporsional di AS, ada di sini, di Selandia Baru,” katanya saat berorasi, dikutip AFP, Senin (1/6/2020).
“Kami bangga menjadi bangsa yang empati, baik, dan cinta. Tetapi diamnya pemerintah dan media sama sekali tidak mencerminkan (empati) itu. Bahkan, itu membuat kami bergerak sendiri (turun ke jalan),” ujarnya.
Di Christchurch, 51 muslim terbunuh karena penembakan massal oleh seorang teroris pengusung supremasi kulit putih tahun lalu. “Kami menuntut keadilan rasial dan ekonomi. Kehidupan orang-orang kulit hitam itu penting, kehidupan penduduk pribumi itu penting, dan kehidupan umat Islam itu penting,” seru orator lainnya, Josephine Varghese.
Selama sepekan ini, publik Amerika Serikat digegerkan dengan tewasnya pria berkulit hitam bernama George Floyd di tangan petugas Departemen Kepolisian Minneapolis, Senin (25/5/2020) lalu. Kala itu, pria keturunan Afrika-Amerika itu diborgol dan ditelungkupkan ke tanah oleh polisi.
Floyd tewas setelah seorang polisi (yang kemudian diketahui sebagai Derek Chauvin) menindih lehernya dengan lutut selama lebih dari lima menit. Kematian pria malang itu direkam dalam sebuah video.
Video tersebut beredar di media sosial memicu kemarahan rakyat di penjuru kota, apalagi insiden tersebut berlatar belakang rasial. Demonstrasi pun pecah di Minneapolis, hingga berjung perusakan dan penjarahan. Aksi protes serupa juga terjadi di belasan kota besar lainnya di AS.
Editor: Ahmad Islamy Jamil