Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Heboh Aksi Pria Asing Diduga Lecehkan Orangutan, Netizen: Tolong Selamatkan!
Advertisement . Scroll to see content

Puan, Orangutan Sumatra Tertua di Dunia Mati di Australia

Rabu, 20 Juni 2018 - 06:18:00 WIB
Puan, Orangutan Sumatra Tertua di Dunia Mati di Australia
Puan, orangutan Sumatera tertua didunia mati karena mengalami komplikasi. (Foto: Perth Zoo)
Advertisement . Scroll to see content

PERTH, iNews.id - Orangutan Sumatera, yang diketahui sebagai yang tertua di dunia, mati dalam usia 62 tahun di sebuah kebun binatang Australia. Orangutan bernama Puan itu meninggalkan 54 anak cucu.

Orangutan yang dikenal sebagai 'sesepuh' Kebun Binatang Perth itu di-euthanasia pada Senin (18/6), setelah mengalami komplikasi yang berkaitan dengan usia.

Dia menghuni kebun binatang itu sejak 1968, dan pada 2016 secara resmi diakui oleh Guinness World Records sebagai yang tertua di dunia untuk spesies tersebut.

Orangutan Sumatra merupakan spesies yang terancam punah, dan di alam liar jarang ditemukan yang mencapai usia 50 tahun.

Kebun Binatang Perth menyebut Puan diyakini lahir di hutan di Sumatra, Indonesia, pada 1956. Dia meninggalkan warisan luar biasa, yakni 11 anak dan total 54 keturunan yang kini tersebar di berbagai tempat di Amerika Serikat, Eropa, dan tempat lain.

Menurut World Wildlife Fund, saat ini di dunia hanya terdapat sekitar 14.600 orangutan Sumatera. Jumlah mereka terus terancam oleh rusaknya habitat karena pembukaan lahan, khususnya kelapa sawit.

Tak sedikit orangutan yang tewas dibunuh oleh pekerja perkebunan. Mereka dibunuh tanpa alasan yang jelas.

"Genetikanya terhitung hanya di bawah 10 persen dari populasi zoologi dunia," kata pengawas primata, Holly Thompson.

"Dia melakukan begitu banyak untuk koloni di Kebun Binatang Perth dan kelangsungan hidup spesiesnya," ujar Thompson.

Pihak Kebun Binatang Perth menyebut beberapa keturunan Puan dilepaskan kembali ke alam liar di Sumatera. Kepala kebun binatang, Martina Hart, pun menulis sebuah obituari yang diterbitkan di surat kabar The West Australian pada Selasa (19/6).

Dalam tulisannya, dia menyebut Puan tak akan pernah dilupakan dan akan sekali dikenang oleh banyak orang.

"Selama bertahun-tahun bulu mata Puan berubah warna jadi kelabu, gerakannya melambat, dan pikirannya mulai mengembara. Tapi dia tetaplah sang ibu pemimpin, perempuan yang selalu tenang dan penuh martabat," tulis Hart.

Kepala kebun binatang tempat Puan tinggal pun menulis sebuah obituari yang diterbitkan di surat kabar The West Australian pada Selasa (19/6).

"Selama bertahun-tahun bulu mata Puan berubah warna jadi kelabu, gerakannya melambat, dan pikirannya mulai mengembara. Tapi dia tetaplah sang ibu pemimpin, perempuan yang selalu tenang dan penuh martabat," tulis Martina Hart, seperti dilaporkan BBC.

Editor: Nathania Riris Michico

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut