Puluhan Batu Nisan di Permakaman Kristen Israel Dirusak Orang Tak Dikenal, Pelaku Berpakaian Yahudi
YERUSALEM, iNews.id - Puluhan makam umat Kristen di pinggiran Kota Tua, Israel menjadi korban vandalisme. Polisi setempat masih terus menyelidiki kasus ini.
Seorang uskup Yerusalem pada Rabu (4/1/2023) mengungkapkan kekecewaannya atas insiden tersebut. Puluhan batu salib yang ada di tiap makam ditemukan tercabut dan terguling di Permakaman Protestan di Gunung Zion, tempat orang Kristen percaya Perjamuan Terakhir Yesus terjadi.
"Kami tidak hanya kecewa tetapi kami juga sangat sedih," kata Hosam Naoum, seorang uskup Anglikan, yang berdiri di depan salah satu kuburan yang rusak.
Dia mengatakan, setidaknya, lebih dari 30 batu nisan dan salib hancur berkeping-keping.
Uskup menjelaskan, permakaman itu didirikan pada pertengahan abad ke-19. Lokasi itu merupakan tempat peristirahatan terakhir para tokoh termasuk pendeta, ilmuwan, dan politisi.
"Di antara mereka adalah orang-orang penting yang telah berkontribusi pada sejarah Yerusalem dan kehidupan orang-orang di sini,” katanya.
Otoritas Gereja mengatakan kerusakan ditemukan pada Selasa (3/1/2023). Sementara rekaman kamera keamanan dari 1 Januari menunjukkan dua pria atau anak laki-laki merusak situs sambil mengenakan pakaian Yahudi.
“Tindakan kriminal ini dimotivasi oleh kefanatikan agama dan kebencian terhadap orang Kristen,” kata Keuskupan Episkopal Yerusalem dalam sebuah pernyataan.
Polisi Israel mengatakan telah meluncurkan penyelidikan atas pengrusakan sejumlah besar batu nisan di permakaman Protestan itu.
Kementerian Luar Negeri Israel dalam akun Twitternya menyerukan agar para pelakunya diadili. Mereka menyebut perusakan itu sebagai tindakan tidak bermoral dan merupakan penghinaan terhadap agama.
Gunung Sion terletak di luar tembok Kota Tua dan telah menarik peziarah selama berabad-abad. Lokasi itu juga dihormati oleh orang Yahudi, sebagai tempat pemakaman Raja Daud.
Pada Desember 2021, para pemimpin gereja memperingatkan umat Kristen telah menjadi sasaran serangan yang sering dan berkelanjutan oleh kelompok radikal di Yerusalem dan sekitarnya.
Pernyataan itu mengkritik kelambanan penegakan hukum dan pejabat lokal. Namun tuduhan yang dianggap tidak berdasar oleh Kementerian Luar Negeri Israel.
Editor: Umaya Khusniah