Roket 4 Ton Bakal Hantam Bulan dengan Kecepatan 9.000 Km per Jam, Apa yang Akan Terjadi?
WASHINGTON, iNews.id - Sampah antariksa yakni puing roket milik SpaceX seberat 4 ton akan menghantam Bulan pada awal Maret 2022. Kejadian tersebut akan diteliti badan antariksa Amerika Serikat (AS) NASA.
Seorang juru bicara NASA mengatakan kepada AFP, Kamis (27/1/2022), para ahli akan meneliti kawah yang terbentuk akibat benturan tersebut.
Roket tersebut diluncurkan pada 2015 untuk mengirim satelit NASA ke orbit. Sementara itu puing yang akan menghantam Bulan merupakan roket booster atau pendorong kedua. Setelah menjalankan misinya, roket itu terombang ambing di luar angkasa.
"Berdasarkan lintasannya saat ini, (roket) tahap kedua diperkirakan berdampak pada sisi jauh Bulan pada 4 Maret 2022," kata juru bicara.
Tabrakan roket 4 ton itu tidak bisa dilihat dari Bumi. Pesawat NASA Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) yang mengorbit Bulan juga tak dalam posisi yang tepat untuk menjadi saksi langsung tabrakan itu. Namun, LRO masih bisa menangkap gambar untuk membandingkan perbedaan antara sebelum dan sesudah tabrakan.
"(Menemukan kawah) Akan menjadi tantangan dan mungkin memakan waktu beberapa minggu bahkan beberapa bulan," kata juru bicara, seraya menambahkan, kejadian unik ini memberikan peluang penelitian yang menarik.
Diperkirakan roket akan menghantam Bulan dengan kecepatan 9.000 kilometer per jam.
Ini bukan sampah antariksa pertama yang menabrak Bulan. Pesawat luar angkasa terdahulu yakni Apollo sengaja ditabrakkan ke Bulan untuk tujuan ilmiah yakni menguji seismometer. Bedanya dengan SpaceX, tabrakan dengan Bulan tidak direkayasa namun bisa terdeteksi.
Bill Gray, astronom yang juga pencipta software untuk menentukan lintasan asteroid dan objek angkasa lain, merupakan orang pertama yang menghitung jalur tabrakan roket pendorong SpaceX dengan Bulan.
Dia mengatakan sampah antariksa harus selalu diarahkan ke Bulan jika memungkinkan guna mengetahui lebih banyak mengenai misteri satelit Bumi itu.
"Jika menabrak bulan, kita benar-benar bisa belajar sesuatu darinya," kata Gray.
Editor: Anton Suhartono