"Kita dapat menggunakannya untuk mengadakan konser atau diskusi budaya, karena tidak akan digunakan untuk upacara keagamaan," kata Haroun, mengutip sejumlah kecil umat Yahudi yang tinggal di Mesir.
Menurut tradisi agama Yahudi, untuk menggelar upacara keagamaan, setidaknya 10 pria harus hadir, dan jemaat mereka tidak memiliki cukup anggota untuk memenuhi persyaratan itu.
Namun demikian, sinagoge ini akan memenuhi peran penting lainnya -sebagai simbol yang menarik minat baru atas warisan multibudaya Mesir– dengan mencakup sejarah Yahudi. Hal inilah yang dirujuk Menteri Purbakala Khaled al Anani saat pembukaan kembalisinagoge itu.
"Mesir adalah tempat di mana sejumlah peradaban hidup berdampingan secara damai satu sama lain selama berabad-abad, memiliki keanekaragaman budaya yang unik."
Dia menambahkan bahwa pemulihan dan pembukaan kembali sinagoge Alexandria merupakan sinyal kepada dunia bahwa, pemerintah Mesir peduli terhadap warisan semua agama.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku