Spesifikasi Rudal Kinzhal Kebanggaan Putin yang Hancurkan Sistem Pertahanan Patriot AS
Namun dia juga menyebut deskripsi hipersonik oleh Rusia merupakan penyesatan kecil yang disengaja.
“Rudal Kinzhal memang terbang dengan kecepatan hipersonik, tetapi biasanya yang kita maksud ketika menggunakan istilah itu adalah sesuatu yang sangat dapat bermanuver pada kecepatan hipersonik,” katanya.
Dilansir dari cbc.ca, Rudal Kinzhal begitu sulit dicegat atau ditembak jatuh. kata Kaushal, hal ini karena ketinggian terbangnya antara 30 hingga 40 kilometer di atas tanah. Artinya, dia berada di atas jangkauan banyak pencegat pertahanan udara tingkat rendah tapi masih di bawah sistem pertahanan rudal balistik yang beroperasi di ketinggian yang jauh lebih tinggi, seperti sistem THAAD (Terminal High Altitude Area Defense) AS.
“Jadi, mereka tidak bisa serta merta mencegat rudal di tengah jalan, tapi bisa melakukannya saat sedang turun menuju sasarannya,” katanya.
Namun, menembak jatuh rudal Kinzhal tetap memiliki kesulitan lain. Ketika Kinzhal berada dalam fase terminal dan turun dengan cepat menuju target, ia melepaskan enam umpan yang meniru tanda radar dari hulu ledak itu sendiri.
“Jika sistem pertahanan udara di darat menembakkan pencegat, pada prinsipnya, itu mungkin menghilangkan umpan daripada hulu ledak yang sebenarnya mereka tuju,” katanya.
Kaushal mengatakan sudah ada sejumlah kendala yang membatasi produksi rudal Rusia sebelum perang. Salah satunya, satu produsen komponen utama yang menyatakan bangkrut. Selain itu, kontrol ekspor juga menghambat kemampuannya untuk memperoleh suku cadang dalam pembuatan rudal Kinzhal dan Iskander, yang juga telah habis selama perang.
“Apa pun yang mereka targetkan, sepadan dengan pengeluaran rudal bernilai tinggi,” katanya.
Lantas, apa itu Sistem Rudal Patriot?
Dilansir dari VOAnews, Patriot merupakan singkatan dari Phased Array Tracking Radar for Intercept on Target. Patriot merupakan sistem pertahanan rudal permukaan-ke-udara yang dibangun oleh Raytheon Technologies Corp.
Sistem Patriot dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara tercanggih di gudang senjata AS.
Sistem ini pertama kali digunakan dalam Perang Teluk 1991 untuk melindungi Arab Saudi, Kuwait dan Israel. Selanjutnya, sistem ini juga digunakan selama invasi AS ke Irak pada 2003.