Terbawa Suasana, Trump Minta Presiden Israel Ampuni Korupsi Netanyahu gegara Tepuk Tangan
KAIRO, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku permintaannya kepada Presiden Israel Isaac Herzog agar mengampuni kasus korupsi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu muncul spontan. Ppernyataan itu tidak direncanakan dan terlontar karena suasana yang begitu antusias saat pidatonya di parlemen Israel, Knesset, Senin (13/10/2025).
Menurut Trump, dia terbawa suasana euforia ketika para anggota parlemen Israel memberikan tepuk tangan meriah untuk Netanyahu. Di tengah sorakan dan sambutan hangat itulah, Trump tiba-tiba melontarkan permintaan kepada Herzog agar mempertimbangkan pengampunan bagi sang perdana menteri.
“Saya sebenarnya tidak berniat membahas pengampunan. Tapi itu momennya sedang tepat, waktu yang tepat,” kata Trump kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One dalam perjalanan pulang ke AS, dikutip Selasa (14/10/2025).
Dia kemudian menambahkan sambil tertawa, “Karena dia mendapat tepuk tangan meriah, dan saat mereka berhenti, saya menyampaikan, ‘Mengapa Anda tidak berikan orang ini pengampunan?’ Jika dia tidak mendapat tepuk tangan meriah, saya tidak akan mengatakan itu.”
Trump Akui Pernyataannya Sensitif
Trump menyadari bahwa ucapannya tersebut menimbulkan kontroversi di Israel. Ia mengakui topik pengampunan Netanyahu sangat sensitif karena masih dalam proses hukum yang panjang.
“Ya, saya tahu itu berisiko. Tapi Anda tahu saya, saya bicara apa adanya,” ujarnya dengan nada santai.
Sejumlah analis politik di Israel menilai komentar Trump bisa dianggap sebagai bentuk intervensi terhadap urusan dalam negeri Israel, terutama proses hukum yang tengah berjalan. Namun sebagian pendukung Netanyahu justru menyambut ucapan Trump sebagai bentuk solidaritas terhadap pemimpin yang mereka anggap berjasa mempertahankan keamanan Israel.
Kasus Korupsi yang Membayangi Netanyahu
Netanyahu menghadapi tiga dakwaan utama yang diajukan sejak 2019, meliputi tuduhan penyuapan, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan. Kasus tersebut terkait dugaan penerimaan hadiah mewah dari pengusaha, serta upaya memanipulasi pemberitaan di media untuk kepentingan politiknya.
Sidang kasus tersebut dimulai pada 2020 dan masih berlangsung hingga kini. Jika terbukti bersalah, Netanyahu terancam hukuman penjara hingga 10 tahun serta denda dalam jumlah besar.
Meski menghadapi dakwaan berat, Netanyahu tetap berhasil mempertahankan kekuasaan politiknya dan bahkan memainkan peran penting dalam proses perdamaian Gaza baru-baru ini.
Pidato Trump di Knesset awalnya ditujukan untuk merayakan tercapainya gencatan senjata Gaza dan penandatanganan deklarasi damai bersama Mesir, Turki, dan Qatar. Namun insiden “permintaan pengampunan spontan” itu menjadi sorotan utama media Israel dan internasional.
Beberapa pengamat menilai, gaya improvisasi Trump kembali mencerminkan karakternya sebagai pemimpin yang tak segan berbicara tanpa naskah. Namun di sisi lain, ucapannya juga menunjukkan hubungan pribadi yang erat antara dirinya dan Netanyahu, yang selama ini menjadi sekutu politik dekat Washington di Timur Tengah.
Editor: Anton Suhartono