Virus Corona Bisa Membuat Kulit Penderita Jadi Hitam, 2 Dokter di China Ini Korbannya
WUHAN, iNews.id - Kulit dua dokter di Wuhan, China, yang menangani pasien virus corona berubah menjadi hitam. Keduanya mengalami kerusakan pada lever setelah terinfeksi virus corona.
Dokter Yi Fan seorang ahli bedah jantung dan Hu Weifeng, ahli urologi, sudah melewati masa kritis setelah menjalani perawatan selama 2 bulan. Namun mereka harus menerima kenyataan yakni perubahan drastis yang memengaruhi pigmen kulit.
Yi dan Hu dinyatakan terinfeksi virus corona pada 18 Januari setelah merawat pasien di Wuhan, pusat wabah Covid-19.
Stasiun televisi China CCTV melaporkan, mereka menjalani perawatan di Rumah Sakit Paru-Paru Wuhan, termasuk menggunakan alat bantu Extra Corporeal Membrane Oxygenation (ECMO) yang berfungsi memasok oksigen langsung ke darah.
“Ketika saya pertama sadar, terutama setelah mengetahui tentang kondisi ini, saya merasa takut. Saya sering mengalami mimpi buruk,” ujar Yi, seperti dilaporkan dilaporkan kembali The Sun, Selasa (21/4/2020).
Song Jianxin, pakar penyakit menular di Universitas Sains dan Teknologi Huazhong, menjelaskan, organ vital Yi rusak selama pertempuran hidup dan mati yang dijalaninya.
Zat besi, yang seharusnya disimpan di lever Yi, malah membanjiri pembuluh darah karena kegagalan fungsi organ.
Kondisi ini, kata Song, dapat mengubah warna kulit dan meningkatkan pigmentasi wajah.
Namun analisis berbeda disampaikan Li Shusheng, dokter yang merawat Hu. Li mengtakan, kulit pasiennya berubah menjadi lebih gelap akibat pengaruh obat yang pertama kali dikonsumsi. Belum terungkap apa obat apa yang diberikan di rumah sakit saat itu.
Li berrharap warna kulit Hu dan Yi bisa kembali normal secara bertahap.
Hu dirawat intensif selama sekitar 100 hari dan baru mulai berbicara pada 11 April. Sementara Yi telah dipindah dari ICU ke bangsal perawatan di Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang Wuhan, di mana dia saat ini menjalani konseling.
Penelitian di Lancet Gastroenterology and Hepatology mengungkap, kerusakan lever pasien Covid-19 mungkin terjadi disebabkan oleh infeksi virus pada sel organ tersebut.
"Sekitar 2 hingga 10 persen pasien dengan Covid-19 mengalami diare, dan (virus) terdeteksi pada sampel tinja dan darah,” bunyi laporan penelitian.
Laporan itu juga mengungkap, kerusakan juga bisa dikaitkan dengan peradangan akibat virus atau reaksi atas model pengobatan yang digunakan.
Editor: Anton Suhartono