Bertemu di Timor Leste, Jenderal Kostrad Ini Punya Panggilan Khusus ke Prabowo: Mas Bravo!
Mantan Pangkostrad ini lantas menghadap Letjen Djasmin dan meminta bantuan agar Nico dapat masuk Seskoad. Djasmin pun segera mengecek. Ternyata, diketahui bahwa prajurit dari angkatan 1978 itu memiliki gejala penyakit liver.
Kendati demikian, Prabowo bersikukuh meminta Pak Djasmin untuk meloloskannya. Kenapa? Sebab dia meyakini penyakit itu baru sebatas indikasi. Dengan kata lain, Nico belum benar-benar terjangkit liver.
Djasmin akhirnya bersedia membantu untuk meluluskan dengan syarat: Prabowo harus bertanggung jawab kalau di kemudian hari Nico Obaca benar-benar menderita liver. Prabowo setuju.
“Akhirnya perwira asal Papua itu lolos berkat bantuan Pak Djasmin. Dan terbukti dia (Nico) mampu dan pantas. Ini contoh bagaimana beliau (Djasmin) berempati dengan anggota di lapangan,” ucap putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini.
Prabowo tak sungkan menyebut sangat akrab dengan Sudjasmin. Ada satu hal lagi yang juga sangat membekas. Menurut dia, sepanjang kenal, Djasmin selalu memanggilnya dengan sebutan Mas Bravo.
“Beliau jarang memanggil saya dengan sebutan Jenderal Bowo atau Mas Bowo,” kata lulusan Akmil 1974 ini.
Sudjasmin lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada 26 Agustus 1943. Sebagian besar kariernya berada di pasukan elite Kostrad. Berbagai jabatan yang pernah dipercayakan kepadanya antara lain Danyonif 320/Badak Putih (1975-1978), Danrem 073/Makuratama (1987-1988) hingga Pangdivif 1/Kostrad (1988-1989).
Djasmin lantas digeser sebagai Kasdam VIII/Trikora pada 1989-1992. Setelah itu jenderal infanteri ini dipromosikan sebagai Pangdam II/Sriwijaya (1992-1993). Dari teritorial dia kembali ke kantor sebagai Irjenad (1993-1995) dan puncaknya menjabat wakasad pada 1995 hingga 1997.
Djasmin meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pada 22 Januari 2021.
Editor: Rizky Agustian