Biografi Sunan Drajat, Perjalanan Dakwah hingga 7 Filosofi Kehidupan

Di tengah sulitnya proses pembukaan lahan, banyak cerita tentang hantu yang menakuti masyarakat, meneror warga sekitar, dan menyebarkan penyakit. Namun Sunan Drajat mampu mengatasinya.

Setelah lahan dibersihkan, mereka membangun kota seluas 9 hektare. Sunan Giri memberitahu Sunan Drajat dalam mimpi apa yang harus dia lakukan, maka Sunan Drajat kemudian pindah ke suatu tempat bernama Ndalem Duwur di sisi selatan perbukitan.

Sunan Drajat juga membangun masjid di sebelah barat kota. Dia menggunakannya sebagai tempat untuk menyebarkan berita tentang Islam (dakwah) dan menghabiskan sisa hidupnya di sana.

Metode Dakwah Efektif Sunan Drajat

Sunan Drajat dalam upayanya menyebarkan ajaran Islam, memanfaatkan media seni seperti suluk dan tembang pangkur. Tetapi yang paling mencolok adalah ajaran moralnya yang terkenal sebagai Catur Piwulang atau memiliki makna empat ajaran. 

Ajaran Catur Piwulang menunjukkan bagaimana dia mengajak manusia untuk berbuat baik terhadap sesama. Keempat ajaran tersebut adalah:

1. Berikan tongkat kepada orang buta dan orang yang berjalan di jalan licin.

2. Memberikan makanan kepada orang yang lapar.

3. Berikan orang yang telanjang berupa pakaian.

4. Berikan payung kepada seseorang yang kehujanan.

Sunan Drajat juga menjadi pelindung bagi fakir miskin, yatim piatu, dan mereka yang terlantar. Selain itu beliau juga secara tegas mengajak para bangsawan untuk memberikan infak, sedekah, dan zakat sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.

Dalam keseluruhan dakwahnya, Sunan Drajat menekankan pentingnya kepedulian sosial dan kemanusiaan dalam menjalankan ajaran Islam.

Tujuh Filosofi Kehidupan Ajaran Sunan Drajat

Sunan Drajat mengajarkan filosofi-filosofi berharga dalam menjalani kehidupan dengan penekanan khusus pada kepeduliannya terhadap fakir miskin. Pesan-pesan moral ini terekam didalam kompleks makam Sunan Drajat dalam bentuk sap tangga yang mengarah ke tingkat ketujuh. Tujuh ajaran tersebut yaitu : 

1. Memangun Resep Teyasing Sasomo (Menyebabkan Kebahagiaan Orang Lain)
Sunan Drajat mendorong kita untuk selalu berusaha membuat orang lain merasa senang.

2. Jroning Suko Kudu Eling lan Waspodo (Kewaspadaan dalam Kegembiraan)
Di tengah kebahagiaan, penting untuk tetap ingat dan waspada.

3. Laksitanung Subroto tan Nyipto marang Pringgo Bayaning Lampah (Membangun Tekad yang Kuat)
Dalam perjalanan mencapai cita-cita luhur, kita harus bersedia menghadapi segala rintangan.

4. Meper Hardaning Pancadriya (Mengendalikan Nafsu)
Kontrol diri adalah kunci menuju kebaikan.

5. Heneng-Hening-Henung (Keheningan yang Membawa Pencerahan)
Dalam ketenangan kita dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam dan meraih tujuan luhur.

6. Mulyo Guno Panca Waktu (Kedalaman Dalam Kehidupan Keagamaan)
Kebahagiaan sejati, baik fisik maupun spiritual, hanya dapat ditemukan melalui salat lima waktu yang khusuk.

7. Menehono teken marang wong kang wuto. Menehono mangan marang wong kang luwe. Menehono busono marang wong kang wudo. Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Memberi dan Melindungi)

Sunan Drajat mengajarkan kita untuk berbagi ilmu bagi orang yang tidak tahu, memberi makan kepada yang lapar, memberikan pakaian kepada yang tak memiliki, dan memberikan perlindungan kepada mereka yang menderita.

Itu lah sekilas biografi Sunan Drajat yang bisa kita pelajari dan ambil pelajaranya mengenai kehidupan bermasyarakat agar bisa mencapai masyarakat yang sejahtera.

Editor: Rizal Bomantama