Deretan Tokoh-Pakar Kecam Sirekap KPU: Banyak Data Salah, Masyarakat Resah!
4. Sekjen Perindo Ahmad Rofiq Desak KPU Takedown Sirekap
Partai Perindo mendesak Sistem Informasi Rekapitulasi Suara (Sirekap) di-takedown KPU. Desakan disampaikan mencermati banyaknya temuan data Sirekap yang tidak sinkron dengan hasil suara di lapangan.
Sirekap harus di-takedown agar datanya tidak menimbulkan multitafsir di masyarakat.
"Agar tidak menimbulkan multitafsir termasuk kecurangan di kalangan masyarakat, parpol dan tim sukses capres serta para pendukung, maka semestinya Sirekap di-takedown oleh KPU," kata Sekretaris Jenderal Partai Perindo Ahmad Rofiq, Sabtu (17/2/2024).
"Banyak temuan yang tidak sinkron, dan ini juga diakui oleh KPU sebagai institusi penyelenggara," imbuhnya.
5. Pakar Telematika Roy Suryo Heran Banyak Anomali Salah Angka di Sirekap
Pakar telematika Roy Suryo heran dengan banyaknya anomali salah angka di Sistem Informasi Rekapitulasi Suara (Sirekap). Bahkan, penambahan angka suara bisa fantastis melebihi jumlah pemilih di suatu TPS.
Menurut Roy, tidak heran jika muncul dugaan algoritma sisipan dalam Sirekap di tengah masyarakat.
"Oleh karena itu menjadi tidak aneh kalau banyak sekali anomali seperti seringnya angka salah dipindai misalnya 1 menjadi 7 atau bahkan 4, juga penambahan desimal yang membuat jumlahnya fantastis sampai ribuan, padahal lazimnya 1 TPS hanya berkapasitas 300 orang," kata Roy dalam keterangannya, Sabtu (17/2/2024).
"Tuduhan adanya algoritma sisipan seperti yang disampaikan berbagai pihak pun menjadi tidak bisa dihindari, karena kesalahan ini terjadi secara nyaris seperti TSM (Terstruktur Sistematis Masif) di banyak tempat, tidak hanya hitungan jari," imbuhnya.
6. Pakar Riset Pratama Nilai Sirekap Teknologi yang Belum Siap
Pakar riset, Pratama Persadha mengatakan sirekap masih memiliki banyak masalah. Fungsi awalnya bermaksud mempermudah penghitungan suara malah bisa menimbulkan banyak masalah.
“Fitrahnya sirekap ini kan untuk membantu masyarakat untuk bisa mengetahui hasil pemilu dengan cepat ya sehingga masyarakat ini nggak menunggu terlalu lama 35 hari untuk hitung manual. Yang jadi masalah adalah sirekap ini menggunakan teknologi Optical Mark Recognition (OMR) dan Optical Caracter Recognition yang dipakai untuk moto gambar menjadi tulisan untuk mengkonversi,” ujar Pratama yang juga Ketua Communication and Information System Security Research Center (CISSReC).
Dia melanjutkan, ternyata sebenarnya aplikasi ini belum siap. Jadi, teknologi yang digunakan itu belum bisa membaca gambar itu dengan baik.
Editor: Faieq Hidayat